Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Nilai tukar rupiah terus melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Kamis (19/6), di tengah lonjakan permintaan terhadap aset safe haven akibat meningkatnya tensi geopolitik di Timur Tengah.
Berdasarkan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, rupiah ditutup turun 0,36% ke level Rp 16.378 per dolar AS dari posisi sebelumnya Rp 16.319. Menandai pelemahan dua hari beruntun.
Baca Juga: Rupiah Spot Ditutup Turun ke Rp 16.406 Kamis (19/6), Pelemahan 3 Hari Beruntun
Sedangkan mengutip data Bloomberg, rupiah di pasar spot ditutup di level Rp 16.406 per dolar AS, melemah 0,57% dibandingkan posisi penutupan sesi sebelumnya di Rp 16.313 per dolar AS. Menandai pelemahan tiga hari beruntun.
Kinerja rupiah tertekan oleh penguatan dolar AS secara global. Indeks dolar (DXY) naik 0,11% ke posisi 99, dan bersiap mencatatkan penguatan mingguan sekitar 0,9%, menjadi performa terbaik sejak akhir Januari 2025.
Dolar AS Kembali Jadi Pilihan Utama di Tengah Krisis
Dolar AS menguat terhadap sebagian besar mata uang dunia, terutama seiring meningkatnya kekhawatiran pasar bahwa konflik Iran-Israel akan meluas, dan potensi keterlibatan militer AS di dalamnya.
Setelah sesi Asia yang relatif tenang, penguatan dolar makin tajam setelah laporan menyebutkan bahwa pejabat AS tengah bersiap menghadapi kemungkinan serangan terhadap Iran dalam beberapa hari mendatang.
Baca Juga: Tengok Tingkat Kurs Dollar-Rupiah di BCA, BNI, BRI, dan Mandiri pada Kamis (19/6)
"Dolar tampaknya sedang mengalami short-covering rally, apalagi jika AS ikut terseret dalam konflik Timur Tengah," ujar Matt Simpson, analis senior di City Index.
Konflik Iran-Israel yang telah berlangsung tujuh hari kian memburuk, ditandai dengan saling serang udara.
Presiden AS Donald Trump masih belum memberikan kepastian apakah AS akan turut membombardir situs nuklir Iran, namun pasar sudah mencium risiko eskalasi lebih besar.
“Arah sentimen kini didominasi oleh risk-off, sehingga tekanan terasa kuat pada mata uang berisiko,” kata Christopher Wong, analis valas di OCBC.
Mata Uang Asia dan Eropa Tertekan
Mata uang komoditas dan negara berkembang turut terpukul. Dolar Australia sempat melemah hingga 0,5% sebelum menipis ke 0,3% di posisi US$0,6489.
Sementara dolar Selandia Baru turun 0,5% ke US$0,5998. Won Korea Selatan juga tercatat melemah 1%.
Baca Juga: Rupiah Spot Dibuka Melemah di Level Rp 16.363 terhadap Dolar AS, Kamis (19/6)
Dari Eropa, euro merosot ke posisi terendah dalam sepekan, terakhir diperdagangkan di US$1,1455, terkoreksi 0,25% harian dan mengarah pada pelemahan mingguan sebesar 0,8%, terburuk sejak Februari.
Sementara itu, yen Jepang stabil di 145,13 per dolar AS, mencerminkan tekanan meski biasanya berperan sebagai aset lindung nilai saat krisis.
Pasar AS libur pada Kamis (19/6) untuk memperingati Hari Juneteenth, sehingga volume perdagangan lebih tipis dan rentan fluktuasi.
Selanjutnya: Korea Utara Kutuk Serangan Israel ke Iran: Seperti Kanker yang Mengancam Perdamaian
Menarik Dibaca: Inovasi Anak Muda Ubah Tantangan Iklim Jadi Peluang di Lahan Pertanian
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News