Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah hari ini (21/7) diperkirakan kembali loyo di hadapan dollar AS. Pada Senin (20/7), rupiah ditutup melemah 82 point di level Rp 14.785 per dollar AS.
Ibrahim Assuaibi Direktur TRFX Garuda Berjangka memperkirakan, rupiah hari ini akan kembali melemah di kisaran Rp 14.750 - Rp 14.850 per dollar AS. Pelemahan tersebut karena belum ada sentimen positif yang mengangkat pergerakan rupiah hari ini.
Dari dalam negeri, Ibrahim mengatakan, rupiah hari ini berpeluang melemah karena bertambahnya kasus positif virus corona di Indonesia menjadi beban tersendiri bagi Pemerintah. Sehingga ada ketakutan perekonomian yang sedang tumbuh akan kembali stagnan.
Baca Juga: Nilai wajar rupiah berada di rentang Rp 14.500 - Rp 15.000 per dolar AS
Apalagi data pertumbuhan ekonomi kuartal II sebentar lagi akan dirilis dan kemungkinan terjadi kontraksi. Ini menambah kekhawatiran tersendiri bagi pasar sehingga ketakutan Indonesia akan terkena resesi seolah-olah di depan mata walaupun ini baru sebatas wacana.
Faktor lain adalah ekonomi Singapura masuk di zona resesi menjadi hantu nyata yang terus dipikirkan oleh pemerintah. Bahkan Menteri Keuangan sangat khawatir akan berimbas ke perekonomian Indonesia karena Singapura adalah pemasok dana atau investor terbesar menurut data dari BKPM.
Di samping itu, pemerintah provinsi DKI Jakarta, melanjutkan masa transisi sampai tanggal 30 Juli. Ibrahim mengatakan, kalau seandainya di Agustus pandemi virus corona terus meningkat sangat mungkin masa transisi akan diberlakukan kembali sampai akhir Agustus.
Baca Juga: Sudah melemah 6,53% sejak awal Juni, tren negatif rupiah diramal berlanjut
Ini akan menambah suramnya perekonomian dalam negeri. "Jadi sangat wajar kalau mata uang Garuda melemah dalam bulan ini ke level Rp 15.000 per dollar AS. Bahkan di Agustus akan menuju jalan terjal menuju level 16.000 per dollar AS," terang Ibrahim.
Sejatinya menurut Ibrahim, langkah Bank Indonesia menstabilkan mata uang rupiah sudah cukup maksimal. Beberapa langkah tersebut seperti menurunkan suku bunga, menggelontorkan stimulus bahkan melakukan intervensi di pasar valas, obligasi dan SUN di perdagangan DNDF. "Namun apa yang di lakukan Bank Indonesia belum membuahkan hasil karena hembusan angin dari ekternal begitu kencang," kata dia.
Sementara dari eksternal yang mempengaruhi pergerakan rupiah hari ini juga masih seputar isu pandemi virus corona. "Pandemi virus corona terus menjadi topik utama dalam pemberitaan minggu ini," terang Ibrahim.
Meningkatnya pasien yang terjangkit pandemi di sebagian wilayah AS, Eropa dan Amerika Latin terutama Meksiko dan Brasil bisa memicu penutupan masal kembali alias lockdown. Sehingga hal ini akan mengganggu pemulihan ekonomi yang sampai saat ini masih belum sepenuhnya pulih.
Hal ini akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi secara global dan ada kemungkinan terjadi kontraksi. Faktor ekternal lain yang menurut Ibrahim akan menganggu pergerakan rupiah hari ini adalah rencana pemerintah AS sedang mengupayakan stimulus tak terbatas dan saat ini sudah masuk di Kongres.
Baca Juga: Minim sentimen positif, rupiah diperkirakan melemah versus dolarAS, Selasa (21/7)
Perdebatan di Kongres AS atas RUU virus corona yang baru dimulai akhir pekan lalu. Partai Republik dan Demokrat mendorong agenda mereka sendiri.
Partai Republik menginginkan RUU virus corona yang akan datang biayanya tidak lebih dari US$ 1 triliun sementara Demokrat berjanji memperjuangkan lebih banyak lagi dengan nilai tagihan US$ 3 triliun.
Ekspektasi pengeluaran pemerintah yang lebih besar telah mengimbangi kekhawatiran tentang meningkatnya kasus virus corona di Amerika Serikat serta kekhawatiran akan memburuknya hubungan AS-China.
Tak hanya itu, para pemimpin Uni Eropa juga terus mendorong untuk mengambil utang bersama guna membantu perekonomian, yaitu dana pemulihan yang dapat mengangkat Eropa dari resesi saat ini.
Perdana Menteri Ceko Andrej Babis mengatakan pada hari Jumat ada pandangan para pemimpin Uni Eropa tentang rencana stimulus massal tetap berbeda secara diametris. Ke-27 pimpinan Uni Eropa sedang berjuang untuk mencapai konsensus pada anggaran 2021-2027, yang diusulkan di atas EUR 1 triliun. Dana pemulihan baru saat ini sebesar EUR 750 miliar untuk membantu membangun kembali ekonomi yang paling terkena dampak pandemi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News