Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan rupiah di perdagangan akhir pekan berhasil menguat terhadap Dolar Amerika Serikat (AS). Rupiah di pasar spot ditutup pada level Rp 15.075 per dolar AS atau menguat 0,19% dari Rp 15.104 per dolar AS.
Sayangnya penguatan tidak diikuti pergerakan rupiah di pasar Jisdor Bank Indonesia (BI). Rupiah ditutup melemah tipis 0,05% ke level Rp 15.121 per dolar AS pada Jumat (20/1).
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mencermati bahwa sebagian besar mata uang Asia jatuh pada hari ini. Pasar bersiap untuk menutup pekan ini lebih rendah menyusul komentar hawkish dari beberapa pejabat Federal Reserve, serta meningkatnya kekhawatiran atas potensi resesi tahun ini.
Sentimen datang pula dari langkah People's Bank of China (PBoC) yang mempertahankan suku bunga pinjaman acuan di posisi terendah bersejarah selama lima bulan berturut-turut pada hari Jumat (20/1). Upaya tersebut guna untuk menopang pertumbuhan ekonomi dan mempertahankan kekuatan yuan.
Baca Juga: Rupiah Spot Ditutup Menguat 0,19% ke Rp 15.075 Per Dolar AS Pada Jumat (20/1)
Ibrahim bilang, meningkatnya kasus COVID-19 di China telah menimbulkan keraguan atas prospek ekonomi jangka pendek, bahkan setelah sebagian besar pembatasan dicabut.
Bank of Japan awal pekan ini melawan ekspektasi pasar untuk pelebaran lebih lanjut dari kebijakan pengendalian kurva imbal hasil. Tetapi mata uang memulihkan sebagian besar kerugian tersebut di tengah spekulasi bahwa inflasi yang tinggi dapat mengundang sikap yang lebih hawkish dari Bank of Japan (BOJ) pada akhir tahun ini.
Beberapa pejabat Federal Reserve memperingatkan bahwa meskipun bank sentral kemungkinan akan memperlambat laju kenaikan suku bunga, biaya pinjaman kemungkinan akan tetap tinggi lebih lama. Tetapi kenaikan dolar terbatas karena banyak data minggu ini menunjukkan bahwa ekonomi AS melambat dalam menghadapi inflasi tinggi dan kebijakan moneter ketat.
"Pasar sekarang menilai ada potensi resesi global tahun ini, terutama jika The Fed terus menaikkan suku bunga. Skenario seperti itu, meski negatif untuk dolar, juga cenderung membebani mata uang Asia," ucap Ibrahim dalam rilis harian, Jumat (20/1).
Dari internal, Bank Indonesia menilai perbaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berlanjut didorong oleh permintaan domestik yang semakin kuat. Pertumbuhan ekonomi 2022 diprakirakan bisa ke atas dalam kisaran 4,5%-5,3% didorong oleh kuatnya kinerja ekspor serta membaiknya konsumsi rumah tangga yang stabil.
Pertumbuhan ekonomi tersebut diperkirakan berlanjut di tahun 2023 ini, meskipun sedikit melambat ke titik tengah kisaran 4,5%-5,3%, sejalan dengan menurunnya prospek pertumbuhan ekonomi global.
Kemudian, konsumsi rumah tangga diprediksi akan tumbuh lebih tinggi sejalan dengan meningkatnya mobilitas masyarakat pasca penghapusan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kebijakan Masyarakat (PPKM).
Selain itu, tata kelola investasi juga akan membaik didorong oleh membaiknya prospek bisnis, meningkatnya aliran masuk Penanaman Modal Asing (PMA), serta berlanjutnya penyelesaian Proyek Strategis Nasional (PSN). Sedangkan ekspor pertumbuhannya bakal lebih rendah akibat melambatnya ekonomi global, meskipun akan termoderasi dengan permintaan dari Tiongkok.
Baca Juga: Rupiah Jisdor ke Rp 15.075 Per Dolar AS Pada Jumat (20/1)
Berdasarkan klasifikasi lapangan usaha, prospek sektor Industri Pengolahan, Perdagangan Besar dan Eceran, Informasi dan Komunikasi, serta Konstruksi diprakirakan tumbuh cukup kuat didorong kenaikan permintaan domestik tersebut.
Adapun, Ibrahim memproyeksikan di perdagangan Senin depan, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat pada rentang Rp 15.050 - Rp 15.130 per dolar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News