Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga emas masih cenderung tertekan dalam sepekan terakhir. Saat ini pasar fokus pada data inflasi Amerika Serikat (AS) untuk memiliki gambaran lebih jauh mengenai prospek pemangkasan suku bunga the Fed ke depan.
Berdasarkan data Trading Economics, harga emas berada di US$ 2.615 per ons troi pada Kamis (10/10) pukul 15.11 WIB. Dalam 24 jam terakhir menguat 0,25%, tetapi sepekan terakhir masih tertekan 1,59%.
Pengamat Komoditas dan Mata Uang, Lukman Leong mengatakan, penguatan saat ini belum menandakan rebound harga emas. Sebab saat ini investor masih menunggu hasil rilis data inflasi AS malam ini.
Dia melihat, sebetulnya inflasi sudah mulai termoderasi dan sesuai dengan harapan The Fed. Hanya saja masih ada kekhawatiran kekuatan di sektor tenaga kerja akan kembali mengerek harga, begitu pula dengan harga minyak mentah dunia yang mulai naik.
"Kemudian, dolar AS yang masih kuat dan belum adanya tanda-tanda balasan dari Israel seperti yang diantisipasi turut menekan kenaikan harga emas," ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (10/10).
Baca Juga: Sebulan Naik 5,29%, Cek Harga Emas Antam Hari Ini (10 Oktober 2024)
Menurutnya, apabila tidak ada kejutan dari data inflasi maka harga emas akan kembali melanjutkan kenaikan. Sebab, fokus investor akan beralih ke situasi di Timur Tengah. Dus, Lukman menilai sentimen utama yang mempengaruhi harga emas dari permintaan bank sentral tentunya, situasi geopolitik dan pemangkasan suku bunga oleh The Fed.
"Sentimen-sentimen tersebut akan menjadi katalis sebesarapa cepat harga emas naik dan target harga masih tetap di US$ 2.800 per ons troi," sebutnya.
Research and Development ICDX, Jonathan Octavianus menilai support terdekat emas saat ini beralih ke area US$ 2.600 dan resistance terdekat berada di area US$ 2.655. Support terjauhnya berada di area US$ 2.580 hingga ke area US$ 2.540, sementara resistance terjauh berada di area US$ 2.720 hingga US$ 2.755.
Baca Juga: Harga Emas Melemah Setelah Terbatasnya Stimulus Fiskal China, Simak Proyeksinya
Jonathan turut berpandangan bahwa fokus pasar saat ini beralih terhadap kemungkinan penurunan tingkat suku bunga yang tidak agresif oleh he Fed pada pertemuan bulan November. Hal itu seiring data Nonfarm Payrolls AS yang optimis untuk bulan September, permintaan tenaga kerja tetap kuat, tingkat pengangguran melambat, dan pertumbuhan upah lebih kuat dari perkiraan.
Di sisi lain, People’s Bank of China (PBOC) juga terlihat menahan pembelian emas untuk cadangannya selama lima bulan berturut-turut pada September seiring dengan kenaikan harga yang terjadi.
"Pelaku pasar masih menunggu data ekonomi AS lainnya serta ketegangan geopolitik di Timur Tengah yang dapat mempengaruhi harga," tutup Jonathan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News