kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45899,85   2,25   0.25%
  • EMAS1.378.000 0,95%
  • RD.SAHAM 0.17%
  • RD.CAMPURAN 0.09%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.03%

Rupiah Diprediksi Bergerak Sideways pada Perdagangan Kamis (20/6), Simak Sentimennya


Rabu, 19 Juni 2024 / 22:05 WIB
Rupiah Diprediksi Bergerak Sideways pada Perdagangan Kamis (20/6), Simak Sentimennya
ILUSTRASI. Rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (19/6). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/foc.


Reporter: Nadya Zahira | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (19/6). Menurut data Bloomberg, rupiah di pasar spot ditutup naik 0,29% atau 47 poin menjadi Rp 16.365 per dolar AS.

Sedangkan, di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah juga mengalami penguatan tipis sebesar 0,036% ke level Rp 16.368 per dolar AS pada Rabu (19/6).

Josua Pardede, Kepala Ekonom Bank Permata, menjelaskan bahwa penguatan rupiah didukung oleh penguatan beberapa mata uang utama seperti Poundsterling dan dolar Australia, di tengah liburnya pasar AS pada hari Rabu. 

Baca Juga: Ini Mata Uang yang Bisa Dikoleksi di Tengah Penguatan Dolar AS

Poundsterling menguat berkat rilis data inflasi yang, meskipun inflasi umumnya sesuai target Bank of England sebesar 2%, namun inflasi di sektor jasa mencapai 5,7%, melebihi perkiraan.

Sementara itu, penguatan dolar Australia dipengaruhi oleh hasil rapat Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) yang mengindikasikan hawkish stance dari RBA. Selain faktor-faktor tersebut, sentimen terkait risiko politik di Perancis juga mulai mereda.

Josua juga menyebutkan bahwa penguatan rupiah didorong oleh data penjualan ritel di AS yang menunjukkan kenaikan terbatas pada bulan Mei, sehingga memperkuat ekspektasi penurunan inflasi dari sisi permintaan.

Dari dalam negeri, sentimen positif muncul dari berita tentang meredanya ketidakpastian pasar keuangan domestik terkait laporan kenaikan rasio utang pemerintah. 

Baca Juga: Rupiah Menggantung di Atas Level Rp 16.300, Ini Emiten yang Tertekan dan Untung

Pernyataan dari pihak Prabowo yang membantah rencana kenaikan hutang hingga 50% dari PDB untuk masa pemerintahannya juga memberi dampak positif, menurunkan yield Surat Utang Negara (SUN) pada hari ini.

Josua memproyeksikan bahwa rupiah berpotensi bergerak sideways pada perdagangan Kamis (20/6), sejalan dengan antisipasi investor yang cenderung menunggu keputusan suku bunga Bank Indonesia.

"Dengan demikian, rupiah diperkirakan akan bergerak dalam kisaran Rp 16.325 hingga Rp 16.425 per dolar AS," ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (19/6).

Sedangkan di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah juga menguat tipis 0,036% ke level Rp 16.368 per dolar AS, pada Rabu (l19/6). 

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, sentimen yang membuat rupiah menguat karena didukung oleh penguatan beberapa mata uang utama seperti Sterling dan Australian dolar di tengah market AS yang tutup karena hari libur nasional pada hari ini, Rabu (19/6). 

Josua menjelaskan, penguatan Sterling didukung oleh rilis data inflasi yang sekalipun inflasi umum tercatat 2% sesuai target inflasi Bank of England, namun inflasi komponen jasa tercatat 5,7% di atas perkiraan. 

Sementara, penguatan Aussie dipengaruhi oleh hasil rapat Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) yang mengindikasikan hawkish stance dari RBA. Selain kedua hal tersebut, sentimen terkait risiko politik Perancis pun cenderung mereda. 

Selain itu, dia menuturkan bahwa penguatan rupiah ini juga didukung oleh data penjualan ritel di AS yang hanya meningkat terbatas pada bulan Mei, sehingga mendorong ekspektasi penurunan inflasi dari sisi permintaan.

Sedangkan sentimen dari dalam negeri, Josua bilang, datang dari pemberitaan kenaikan rasio utang pemerintah yang diberitakan pada Jumat lalu (14/6). Namun, pemberitaan ini cenderung mereda pada perdagangan hari ini, Rabu (19/6) setelah pada hari Sabtu lalu (15/6), pihak Prabowo, membantah laporan bahwa pemerintahan berikutnya akan menaikan hutang hingga 50% dari PDB selama masa pemerintahannya. 

“Pernyataan tersebut cukup mampu meredakan ketidakpastian di pasar keuangan domestik, dan mendorong penurunan yield Surat Utang Negara (SUN) pada hari ini,” kata Josua kepada Kontan.co.id, Rabu (19/6). 

Josua pun memproyeksi, rupiah berpotensi bergerak sideways pada perdagangan Kamis (20/6), sejalan dengan perkiraan bahwa investor akan cenderung wait and see jelang pengumuman BI rate. 

“Dengan begitu, rupiah diperkirakan akan bergerak di kisaran Rp 16.325 - Rp 16.425 per dolar AS,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×