Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Rupiah diperkirakan bergerak fluktuatif di perdagangan awal 2025. Data inflasi Indonesia akan menjadi sorotan di tengah ancaman kekuatan dolar Amerika Serikat (AS).
Analis Doo Financial Futures Lukman Leong memperkirakan, Rupiah kemungkinan cenderung melemah terhadap dolar AS seiring penguatan mata uang negeri Paman Sam tersebut. Dolar AS berbalik menguat dengan Indeks Dolar (DXY) terpantau mencapai rekor tertinggi dalam 2 tahun.
‘’Dolar AS naik oleh kekhawatiran prospek pemangkasan suku bunga The Fed dan menjelang dimulainya pemerintahan Donald Trump,’’ ujar Lukman saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (1/1).
Di lain sisi, lanjut Lukman, investor mencermati data PMI Manufaktur China yang menunjukkan ekspansi di sektor manufaktur. Walau sedikit di bawah perkiraan, namun sektor jasa tumbuh jauh lebih kuat yang mendukung rupiah di perdagangan sebelumnya.
Data inflasi Indonesia di awal bulan juga akan menjadi sorotan pelaku pasar. Inflasi Indonesia untuk bulan Desember diperkirakan masih akan stabil bertahan di bawah 2%.
Baca Juga: Cek Jadwal Buka dan Tutup BCA, BRI, Mandiri, BNI, dan BSI Saat Libur Tahun Baru 2025
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, aktivitas manufaktur China berkembang selama tiga bulan berturut-turut pada bulan Desember karena serangkaian langkah stimulus baru terus memberikan dukungan.
Namun, kenaikan tersebut sedikit lebih rendah dari ekspektasi pasar dan di bawah pembacaan bulan sebelumnya. Pasar masih menunggu kejelasan lebih lanjut tentang rencana Beijing untuk langkah-langkah stimulus di tahun mendatang.
Selain itu, terpilihnya Donald Trump memberikan dorongan bagi dolar AS karena kebijakannya berupa pelonggaran regulasi, pemotongan pajak, kenaikan tarif, dan pengetatan imigrasi dianggap pro-pertumbuhan dan inflasioner. Serangkaian kebijakan Trump kemungkinan akan membuat The Fed tidak memangkas suku bunga dengan cepat tahun depan.
‘’Bank sentral AS memproyeksikan hanya dua kali pemotongan suku bunga sebesar 25 bps pada tahun 2025 pada pertemuan kebijakan terakhir tahun ini awal bulan ini. Pelaku pasar saat ini memperkirakan hanya sekitar 35 basis poin pelonggaran untuk tahun 2025,’’ tulis Ibrahim dalam risetnya, Selasa (31/12).
Baca Juga: Suku Bunga Bank Sentral Global Dipangkas, Emas Diproyeksi Bersinar Tahun Depan
Oleh karena itu, Ibrahim menilai, rentang perdagangan nilai tukar kemungkinan akan ketat pada minggu yang terpengaruh liburan. Fokus akan tertuju pada angka pengangguran mingguan pada hari Kamis dan data PMI manufaktur ISM sehari kemudian, serta komentar dari anggota FOMC Thomas Barkin.
Ibrahim memperkirakan, rupiah kemungkinan fluktuatif dan berakhir ditutup menguat di perdagangan Kamis (2/1) pada rentang perdagangan Rp 16.070 per dolar AS–Rp 16.150 per dolar AS. Sedangkan, Lukman memperkirakan rupiah akan melemah di rentang Rp 16.150 per dolar AS–Rp 16.250 per dolar AS.
Mengutip Bloomberg, Selasa (31/12) rupiah spot ditutup menguat tipis 0,06% ke level Rp 16.132 per dolar AS. Rupiah Jisdor Bank Indonesia juga terpantau menguat sekitar 0,03% ke level Rp 16.157 per dolar AS.
Selanjutnya: Total Kekayaan 500 Miliarder Dunia Mencapai US$ 10 Triliun di 2024
Menarik Dibaca: Bunga Deposito BRI di Awal Tahun 2025, Tertinggi 3,50%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News