Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Laju kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) pada Senin (12/11) berpotensi dibayangi sentimen negatif berupa defisit transaksi berjalan Indonesia dan data inflasi sektor produksi AS.
Analis Pasar Uang Bank Mandiri, Reny Eka Putri mengatakan, defisit transaksi berjalan Indonesia di kuartal III yang melebar menjadi 3,37% dari PDB akan direspons para pelaku pasar mulai awal pekan nanti. Ini tandanya, data tersebut bisa menjadi sentimen negatif bagi pergerakan rupiah pada perdagangan besok.
Selain itu, Jumat lalu AS merilis data inflasi di sektor produksi atau producer price index (PPI) yang naik 0,6% di bulan Oktober. Angka ini lebih baik ketimbang ekspektasi para analis sebesar 0,2%. Hasil ini bisa menjadi angin segar bagi dollar AS.
Sebab, sepanjang pekan lalu the greenback mengalami tekanan seiring berlangsungnya pemilu sela di AS dan meredanya sentimen perang dagang. “Hasil data ekonomi AS bisa mencuatkan lagi isu kenaikan suku bunga acuan AS di akhir tahun nanti,” imbuh Reny.
Dia memperkirakan, rupiah akan bergerak di kisaran Rp 14.525—Rp 14.700 per dollar AS pada perdagangan besok.
Sebagai pengingat, pada Jumat (9/11) lalu, kurs rupiah di pasar spot ditutup di level Rp 14.678 per dollar AS atau melemah 0,95% dibandingkan perdagangan sebelumnya. Namun, bila dihitung dalam sepekan terakhir, rupiah berhasil menguat 1,85%.
Sementara itu, kurs tengah rupiah di Bank Indonesia berada di level Rp 14.632 per dollar AS pada Jumat lalu. Rupiah berhasil menguat 0,12% dibandingkan hari sebelumnya dan 3,02% dibandingkan sepekan sebelumnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News