Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Ruang penguatan mata uang Garuda masih terbuka meskipun cukup terbatas. Rupiah di pasar spot, Jumat (23/9), terkoreksi 0,05% dibandingkan hari sebelumnya ke level Rp 13.081 per dollar Amerika Serikat (AS). Sementara kurs tengah Bank Indonesia (BI) stagnan di posisi Rp 13.098.
Faisyal, Research and Analyst PT Monex Investindo Futures menuturkan, pelemahan valuasi rupiah diakibatkan oleh membaiknya data perekonomian Negeri Paman Sam. Data klaim pengangguran (unemployment claims) per 15 September 2016 yang dilansir Kamis (22/9) mencapai 252.000 orang. Jumlah tersebut lebih baik ketimbang pencapaian pekan sebelumnya yang sebesar 260.000 orang.
Tekanan juga berasal dari aksi Bank Sentral AS (The Fed) yang menjanjikan bakal ada kenaikan suku bunga dalam jangka pendek. Namun, koreksi bersifat terbatas karena masih ada katalis positif yang membalut rupiah. "Pasar mulai euforia dengan perkembangan kebijakan tax amnesty," tuturnya.
Analis Pasar Uang Bank Mandiri, Rully Arya Wisnubroto menambahkan, sejatinya rupiah terdorong oleh pelonggaran kebijakan moneter Bank Indonesia (BI). Pada Kamis (22/9), BI 7 day reverse repo rate dipangkas sebesar 25 bps menjadi 5%. Ini akan berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi domestik.
Rully menduga, ruang penguatan rupiah bakal terbatas pada Senin (26/9). Sebab, pasar dalam negeri maupun eksternal masih minim data di pengujung bulan. BI juga cenderung akan mengintervensi apabila rupiah menguat tajam. "Secara fundamental rupiah stabil. Kalau ada koreksi juga secara teknikal," terangnya.
Faisyal memproyeksikan rupiah juga masih berpotensi menguat terbatas. Sentimen positif bersumber dari performa pasar saha Indonesia yang cenderung menanjak. "Mengindikasikan banyak dana asing masuk ke dalam negeri," imbuhnya.
Prediksi Rully, rupiah besok akan berada di kisaran Rp 13.075-Rp 13.150. Ramalan Faisyal, rupiah di awal pekan bakal bergerak di rentang Rp 13.040 - Rp 13.150.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News