Reporter: Nova Betriani Sinambela | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mata uang garuda anjlok ke level terpuruk di awal perdagangan pekan ini. Turunnya cadangan devisa tanah air disebut-sebut menjadi salah satu penyebabnya.
Pada penutupan perdagangan hari ini, Senin (7/10), nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup di level Rp 15.687 per dolar Amerika Serikat (AS). Ini membuat rupiah spot melemah 1,29% dibanding penutupan Jumat (4/10) di Rp 15.485 per dolar AS.
Tidak jauh berbeda, rupiah di JISDOR BI berada di level Rp 15.680 per dolar AS. Adapun berdasarkan JISDOR BI rupiah melemah 1,20%.
Baca Juga: Konflik Iran dan Israel Terus Memanas, Cadangan Devisa RI Berpotensi Terus Berkurang
Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin mengatakan data cadangan devisa tanah turun pada September.
Adapun BI mengumumkan cadangan devisa per akhir September adalah US$ 149,3 miliar, turun US$ 0,3 miliar dibandingkan bulan sebelumnya. Pada Agustus cadangan devisa mampu mencapai US$150,2 miliar, dan menjadi rekor tertinggi sepanjang sejarah Indonesia merdeka.
"Cadangan devisa tersebut dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah" kata Nanang kepada KONTAN, Senin (7/10).
Selain itu, pasar pun akan mencermati data inflasi konsumen dan produsen Amerika yang dijadwalkan rilis pekan ini. Menurut Nanang pelaku pasar berekspektasi adanya penurunan dari laju inflasi tersebut.
Sementara itu, efek dari paket stimulus China pun masih membayangi Kawasan Asia. Stimulus yang begitu besar ini membuat pelaku pasar berbondong-bondong masuk ke pasar China atau dengan kata lain keluar dari pasar keuangan domestik yakni Indonesia.
Baca Juga: Diprediksi Lanjut Melemah, Berikut Sentimen Pendorong Pergerakan Rupiah Senin (7/10)
Faktor lain yang menjadi beban kinerja rupiah adalah perburuan asset safa haven akibat konflik politik di Timur Tengah yang semakin memanas. Kondisi ini membuat sengketa politik semakin meluas dan nantinya memengaruhi pasar keuangan global.