kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Return Saham BUMN Karya Dalam Tren Negatif, Masih Layak Koleksi?


Jumat, 24 Februari 2023 / 05:25 WIB
Return Saham BUMN Karya Dalam Tren Negatif, Masih Layak Koleksi?


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja saham BUMN Karya masih dalam tren negatif. Dalam 5 tahun terakhir, return saham BUMN Karya masih negatif.

Saham PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) memiliki return yang lebih baik dibandingkan BUMN Karya lainnya, meskipun memang return yang dihasilkan negatif dalam lima tahun terakhir. Namun, sejak IPO saham ADHI telah memberikan return 198,66%.

Disusul PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) yang memberikan return 50% sejak IPO. Lalu, PT PP (Persero) Tbk (PTPP) yang memberikan return 14,28%. Sementara PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) memberikan return negatif 8,42% sejak IPO.

Direktur Avere Investama Teguh Hidayat melihat pergerakan harga saham para BUMN Karya sejalan dengan fundamental masing-masing emiten. Apalagi WSKT yang memiliki utang yang banyak.

Baca Juga: Saham BUMN Karya di Era Jokowi, Kini Merana Padahal Awalnya Membubung Tinggi

Hanya saja, Teguh memaparkan utang besar Waskita Karya akibat penugasan dari pemerintah untuk pembangunan infrastruktur. "Membangun infrastruktur itu identik dengan utang karena membangun jalan tol sangat mahal sehingga tidak bisa dipenuhi perusahaan itu sendiri atau pemerintah sebagai pemiliknya," kata Teguh kepada Kontan.co.id, Kamis (22/2).

Pada saat itu hal tersebut tidak menjadi masalah, tetapi berubah ketika pandemi Covid-19 menghantam pada 2020 yang mengakibatkan proyek tersendat. Padahal tagihan utang terus berjalan dan harus dibayarkan.

Di sisi lain, ADHI menjadi emiten dengan return yang paling besar lantaran proyek-proyek yang dikerjakan cenderung lebih kecil. Sehingga utang yang ditanggung tidak sebesar lainnya.

"Jumlah utang ini yang berpengaruh terhadap kualitas fundamental perusahaan," kata dia.

Baca Juga: Sedang Ambruk, Simak Catatan Analis untuk Saham BUMN Karya

Teguh berpendapat, fundamental para BUMN Karya ini juga akan tetap sehat meskipun memiliki tingkat utang yang cukup besar. Sebab, ada pemerintah di belakangnya sehingga status BUMN Karya, khususnya WSKT dan WIKA masih proses pemulihan.

"Pemerintah juga terus mendorong pembangunan sehingga para BUMN Karya akan tetap survive," lanjut Teguh.

Maklum, kedua emiten itu disebut Teguh memiliki utang paling besar lantaran memiliki proyek besar. Sebagai pengingat, WSKT memiliki banyak proyek jalan tol dan WIKA mengerjakan proyek kereta cepat yang biayanya membengkak lebih dari dua kali lipat.

Sementara ADHI dan PTPP cenderung memiliki proyek yang lebih kecil. Disebutnya, proyek terbesar ADHI dari proyek LRT dan PTPP adalah proyek kilang minyak milik Pertamina di Balikpapan.

Baca Juga: Berencana Divestasi 2 Ruas Jalan Tol, Waskita Karya: Sudah Ada Investor yang Berminat

Teguh juga berpendapat bahwa proyek-proyek yang dikerjakan BUMN Karya ini juga sebetulnya menguntungkan. Ia mencontohkan, sebelum pandemi WSKT mampu menghasilkan laba triliunan dalam periode satu tahun dan harga sahamnya juga pernah di level Rp 3.000 per saham.

Untuk arus kas, dia juga berpandangan para BUMN Karya memiliki cashflow yang baik karena pemerintah membayar tepat waktu. Contohnya rutinnya termin pembayaran proyek LRT yang dilakukan pemerintah.

Teguh berpandangan keunggulan WSKT dan WIKA menjadi pedang bermata dua. Dari yang sebelumnya memberikan keuntungan menjadi pemberat karena utang yang besar.

Dia mengatakan, dalam 1-2 tahun kinerja WIKA dan WSKT masih terpengaruh negatif dari utang-utangnya. Namun, masih dilihatnya tetap positif selama tidak default atau gagal bayar. Tetapi dari sisi laba masih akan terpengaruh.

"Utang WSKT dan WIKA memang berpotensi menghambat kinerja, tapi tidak masalah walau harus dicicil panjang tapi pasti dibayar karena ada pemerintah meski tidak seluruhnya," katanya.

Baca Juga: Dinyatakan Pailit, Jokowi Bubarkan Dua BUMN Ini

Oleh sebab itu, Teguh memprediksi kinerja keduanya akan membaik meskipun membutuhkan waktu yang cukup panjang. Ini juga mengingat masih banyaknya proyek infrastruktur, salah satunya proyek Ibu Kota Negara (IKN) baru. "Mungkin sekitar 5 tahun setelah pandemi ini," sambungnya.

Dari sana, ia menyarankan investor yang sudah memegang kedua saham itu sebaiknya untuk hold. Sebab untuk melepas sudah sangat terlambat.

Sementara untuk yang baru mau masuk ke BUMN Karya disarankan lebih ke PTPP dan ADHI mengingat fundamental yang lebih baik. Sementara untuk WSKT dan WIKA lebih baik untuk menunggu dan melihat perkembangannya dalam 1-2 tahun ke depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×