kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Return obligasi negara naik, investor domestik masih menopang pasar SUN


Senin, 25 Oktober 2021 / 17:21 WIB
Return obligasi negara naik, investor domestik masih menopang pasar SUN
ILUSTRASI. Harga obligasi negara masih dalam tren kenaikan dalam beberapa waktu terakhir.


Reporter: Achmad Jatnika | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga obligasi negara masih dalam tren kenaikan dalam beberapa waktu terakhir. Hal ini tercermin dalam indeks INDOBeX Government Total Return yang terus menembus rekor terbarunya. Senin (25/10), indeks obligasi negara tersebut berada di angka 322,836.

Secara year to date (ytd), return obligasi negara ini sudah mencatatkan kenaikan sebanyak 4,43%. Angka ini masih kalah dari obligasi korporasi yang tercermin di INDOBeX Corporate Total Return yang naik 8,49% secara ytd.

Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Indonesia, Ramdhan Ario Maruto menilai, kenaikan obligasi negara ini karena permintaan investor domestik Indonesia yang masih kuat dan stabil. Sebelumnya, dia melihat isu tapering menahan yield atau imbal hasil obligasi Indonesia untuk turun.

Baca Juga: Multifinance siapkan jurus untuk mengejar target jelang akhir tahun

Tapi, yield obligasi negara acuan tenor 10 tahun turun dalam 10 hari perdagangan berturut-turut sejak dua pekan lalu. Senin (25/10), yield surat utang negara (SUN) tenor 10 tahun seri FR0087 berada di 6,14% yang merupakan level terendah sejak 20 September 2021. Artinya, harga obligasi negara terus naik dalam dua pekan terakhir.

Ramdhan mengatakan, isu penerapan tapering ini mulai dapat diantisipasi pasar. "Karena likuiditas kita yang tinggi, empat pilar penopang pasar, perbankan, asuransi, dana pensiun, dan manajer investasi (MI) kalau saya lihat cukup stabil dalam pengelolaan dana mereka," kata Ramdhan kepada Kontan.co.id, Senin (25/10).

Dengan kepemilikan asing yang belum pulih hingga saat ini, dia melihat domestik masih akan menjadi penopang. Hal ini karena sejak awal pandemi berlangsung, investor domestik terutama perbankan dibukakan kerannya oleh Bank Indonesia (BI) untuk masuk Surat Berharga Negara (SBN), dan akhirnya mengalirkan dana pihak ketiga di SBN.

Baca Juga: Rupiah melemah 0,25% pada Senin (25/10), paling tertekan di Asia

Di sisi lain, Ramdhan mengamati bahwa supply untuk pasar primer sudah mulai terbatas, karena pemerintah sudah menurunkan target lelang SUN di akhir tahun ini. Dalam perkiraannya, lelang SUN di akhir bulan November atau Desember nanti akan selesai.

Dalam jangka pendek, dia melihat pasar obligasi negara Indonesia akan goyang karena realisasi tapering dengan potensi kenaikan terbatas. Di sisi lain, pasar domestik dengan likuiditasnya yang tinggi masih kesulitan untuk menempatkannya di instrumen lain. “Jadi demand pasar obligasi kita masih sangat baik untuk domestik, demand-nya masih tinggi dan yield-nya cukup stabil,” kata Ramdhan.

Walaupun tapering dilaksanakan di akhir tahun ini, Ramdhan menilai di awal tahun 2022 nanti pasar obligasi Indonesia atau pasar SBN masih akan menguat karena investor ancang-ancang untuk masuk portofolio. Menurut dia, pasar SBN saat ini masih menjadi target dari pengelolaan dana investasi karena risiko yang rendah, ratingnya masih baik, dan makroekonomi Indonesia masih stabil.

Baca Juga: Prospek reksadana berbasis surat utang di tengah fluktuasi harga obligasi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×