kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.922   8,00   0,05%
  • IDX 7.199   58,54   0,82%
  • KOMPAS100 1.106   11,37   1,04%
  • LQ45 878   11,64   1,34%
  • ISSI 221   1,06   0,48%
  • IDX30 449   6,23   1,41%
  • IDXHIDIV20 540   5,82   1,09%
  • IDX80 127   1,42   1,13%
  • IDXV30 134   0,44   0,33%
  • IDXQ30 149   1,71   1,16%

Respon emiten makanan dan minuman atas rencana kenaikan HPP gula


Rabu, 13 Februari 2019 / 19:58 WIB
Respon emiten makanan dan minuman atas rencana kenaikan HPP gula


Reporter: Auriga Agustina | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Joko Widodo (Jokowi) berencana menaikkan harga pokok pembelian (HPP) gula dalam waktu dekat. Petani meminta agar Jokowi menaikkan harga menjadi Rp 10.500 per kg dari sebelumnya Rp 9.700.

Hal ini tentu akan berdampak pada emiten sektor makanan dan minuman (mamin), meski beberapa emiten mengaku dampak tersebut tidak akan berpengaruh signifikan terhadap beban pokok penjualan.

Ambil contoh PT Mayora Indak Tbk (MYOR), sekretaris perusahaan Yuni Gunawan mengatakan, rencana kenaikan harga gula hingga 5% akan berdampak ke beban pokok penjualan sebesar 0,5%-0,7%.

"Pengaruhnya saya rasa tidak akan signifikan ya, karena kami juga menggunakan gula rafinasi, kan yang dinaikkan gula lokal," katanya, kepada Kontan.co.id, Rabu (13/2).

Yuni mengaku pihaknya belum akan menaikkan harga jual karena harus dilakukan dengan hati-hati dan jika diperlukan baru langkah tersebut diambil.

Di samping itu, MYOR juga tidak akan merevisi target dan tetap optimistis mampu mengejar pertumbuhan pendapatan dan laba bersih masih-masing 10%-11%.

Senada juga disampaikan PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk (ULTJ), pasalnya kontribusi gula terhadap bahan baku sangat kecil dan terhadap bahan pokok penjualan kontribusi gula masih di bawah 5%.

"Saya kira pengaruhnya tidak akan signifikan karena pemakaian yang relatif sedikit pada produk ultra milk maupun produk lainnya bahkan produk sari kacang ijo menggunakan gula merah juga," ungkap Azwar Thahier, Public Relation ULTJ.

Azwar bilang, naiknya harga gula tak membuat ULJT berencana menaikkan harga jual sebab kenaikan harga jual ditentukan oleh banyak faktor, bukan hanya kenaikan bahan baku seperti gula pasir saja.

Azwar optimistis, tahun ini ULTJ bisa meraih pendapatan di atas 10% dari capaian tahun 2018 lalu sebesar Rp 5 triliun.

Direktur PT Siantar Top Tbk (STTP) Armin menegaskan kenaikan gula tak akan berpengaruh signifikan kepada perusahaan pasalnya gula hanya berkontribusi sedikit terhadap bahan baku.

"Kalau berpengaruh pasti ada tapi saya rasa kecil sekali, kita kan bahan baku paling besar di terigu bukan di gula," ujarnya.

Selanjutnya dia mengatakan, pihaknya tak akan mengurangi porsi gula dalam bahan baku sebab jika hal tersebut dilakukan akan berdampak pada rasa produk mereka, dia menambahkan adanya rencananya pemerintah untuk menaikkan harga gula belum membuat perusahaan berniat untuk menaikkan harga jual.

"Lagian dari dulu kita lebih memilih membuat produk lebih besar, jika kita lihat sudah tidak menguntungkan kita akan tambah isinya, misal kalau yang harganya Rp 500 dulu 10 gram kalau naik Rp 1000 kita akan tambah isinya," jelasnya.

Tahun ini, STTP optimistis pendapatan bisa tumbuh 10% - 20% dari pendapatan tahun 2018 silam. Dia juga mengatakan kemungkinan di tahun ini STTP akan melakukan launching 10 - 20 produk baru.

"Kita selalu lakukan improve produk kok, biasanya kita lihat dulu timing-nya, kita riset produk-produk kita kalau kemungkinan di terima di pasar baru kita launching, ya biasanya 10 - 20 produk baru lah," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×