Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perekonomian Singapura masuk resesi. Hal ini lantaran ekonomi Negeri Singa tersebut terperosok dan mengalami kontraksi hingga 41,2% di kuartal II 2020. Pencapaian tersebut anjlok untuk kedua kalinya setelah di kuartal I-2020 perekonomian Singapura juga terkontraksi 3,3%.
Namun, resesi ekonomi Singapura tidak terlalu berdampak terhadap pasar saham Indonesia. Analis Panin Sekuritas William Hartanto menilai, efek resesi ekonomi Singapura tidak terlalu berdampak ke Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Hanya saja, dari sisi ekonomi, sebagai mitra dagang dengan Indonesia, ekspor Indonesia ke Singapura mungkin saja berkurang karena adanya status resesi tersebut. “Dan efek ke IHSG sendiri tidak terlihat,” ujar William kepada Kontan.co.id, Rabu (15/7).
Baca Juga: IHSG diproyeksikan lanjut melemah pada Kamis (16/7) jelang pengumuman suku bunga
William menilai, pelaku pasar Indonesia pun melihat bagaimana bursa saham Singapura tetap naik setelah berita resesi ini keluar. Oleh karena itu, kekhawatiran pelaku pasar di Singapura pun tidak begitu besar.
Melansir RTI, Indeks Strait Times Singapura ditutup menguat 1,10% ke level 2648,900, Rabu (15/7). Dalam sebulan perdagangan, Indeks Strait Times masih menguat 1,34%.
David Sutyanto, Head of Research Ekuator Swarna Sekuritas mengatakan, psikologis pasar sudah tidak terlalu dipengaruhi dengan data perekonomian. Sebab, data perekonomian yang keluar kurang berpengaruh signifikan terhadap pergerakan pasar saham. “Justru lebih signifikan kabar mengenai adanya stimulus,” ujar David kepada Kontan.co.id, Rabu (15/7).
Proyeksi David, IHSG bisa bertengger di level 5.000 hingga akhir tahun dengan scenario normal. Dengan skenario optimistis, IHSG bisa kembali ke level 6.000. Sementara William memproyeksikan secara teknikal IHSG akan berada di kisaran 5.100 – 5.343 hingga pengujung tahun 2020.
Ke depan, William mengatakan, pasar saham akan lebih dipengaruhi kondisi ekonomi dalam negeri. Namun, yang paling penting adalah respons dari pelaku pasarnya. William mencontohkan, dulu ketika produk domestik bruto (PDB) kuartal I 2020 diumumkan mengalami penurunan, justru IHSG naik sejak saat itu.
“Jadi saya tidak akan ngotot dengan keadaan bahwa ekonomi yang turun akan disusul dengan saham yang bearish,” kata William.
Meskipun begitu, William menegaskan agar investor tetap perlu waspada. Dia masih menyarankan trading jangka pendek sampai terlihat jelas mana emiten yang fundamentalnya benar-benar kokoh di saat seperti ini.
Baca Juga: Pasar menanti hasil suku bunga BI, simak proyeksi IHSG pada Kamis (16/7)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News