Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Analis memprediksi rencana pemerintah mengintegrasikan tarif tol Jakarta Outer Ring Road (JORR) tidak akan berdampak signifikan pada potensi pertumbuhan kinerja emiten di sektor pengelola jalan tol. Bagi emiten sektor pengelola jalan tol, kenaikan tarif tol turut menjadi faktor pendongkrak pendapatan.
Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) masih menunda pemberlakuan integrasi tarif tol hingga batas waktu yang tidak ditentukan. Sebelumnya, pemerintah merencanakan akan menerapkan tarif integrasi pada Rabu (20/6).
Bila tarif integrasi jadi diterapkan maka pengguna jalan tol JORR hanya akan membayar satu kali lewat dengan tarif Rp 15.000 saat masuk tanpa memperhitungkan berapa jarak yang sudah dilewati. Namun, tarif integrasi membuat tidak semua pengguna tol merasakan kenaikan tarif. Bagi pengguna jarak jauh, ada keuntungan yang cukup besar karena jadi bayar jauh lebih sedikit dari yang seharusnya.
Analis Paramitra Alfa Sekuritas William Siregar mengatakan integrasi tarif tol berpotensi menambah pendapatan emiten sektor pengelola tol. "Dari tarif terendah Rp 3.500 jadi naik ke Rp 15.000 ini cukup signifikan ditambah jalur tersebut padat kendaraan kenaikan tarif pada dasarnya jadi sentimen positif," kata William, Jumat (22/6).
Namun, di lain sisi terjadi pengurangan tarif bagi pengguna jarak jauh dari tarif yang paling tinggi Rp 27.500 menjadi Rp 15.000. "Pertumbuhan pendapatan ada, namun tidak signifikan naiknya karena ada kenaikan dan pengurangan tarif jadi sama saja," kata William.
William merekomendasikan hold untuk PT Jasa Marga Tbk (JSMR) di target harga Rp 4.200. Alasan William merekomendasikan hold karena menilai valuasi JSMR tinggi sementara potensi kenaikannya kecil.
William berpendapat kenaikan sektor tol masih tipis. Ke depan sektor ini bisa tumbuh jika didorong pertumbuhan ekonomi yang juga konsisten tumbuh. Dengan tumbuhnya ekonomi Indonesia diharapkan aktifitas logistik juga akan meningkat sehingga bisa mempengaruhi lini bisnis utama emiten sektor tol.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News