kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Reksadana syariah masih bawa berkah


Senin, 09 Januari 2017 / 08:45 WIB
Reksadana syariah masih bawa berkah


Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Sepanjang tahun 2016, reksadana syariah mencetak kinerja berkilau. Reksadana syariah saham mencatatkan imbal hasil paling tinggi. Merujuk data Infovesta Utama, rata-rata imbal hasil reksadana saham syariah tahun lalu mencapai 12,5%.

Selanjutnya, reksadana campuran syariah cetak return 10,36% dan reksadana pendapatan tetap syariah sebesar 6,36%. Senior Research & Investment Analyst Infovesta Utama Wawan Hendrayana menuturkan, kinerja reksadana saham syariah tahun lalu seiring dengan pergerakan Jakarta Islamic Index (JII) dan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).

Tahun lalu, JII naik 15,05%, sedang ISSI melesat sekitar 18,62%. Maklum saja, sektor-sektor saham yang masuk kategori syariah rata-rata mencetak performa positif tahun lalu. Misal saham pertambangan, konsumer, dan infrastruktur.

"Sektor pertambangan tumbuh 71%," jelas Wawan.

Direktur Bahana TCW Investment Management Soni Wibowo bilang, penggerak utama pasar saham syariah tahun lalu berasal dari saham-saham domestik non bank. Contohnya TLKM, ASII, UNVR, PTPP, serta ICBP. Tambah lagi, daya beli masyarakat masih stabil.

"Malah untuk kelima saham tersebut, pendapatan dan profit masing-masing emiten naik signifikan," tutur dia.

Soni memprediksi, imbal hasil reksadana saham syariah tahun ini bisa mencapai 14%–16%. Pendorongnya, stabilnya belanja konsumer dan perbaikan pendapatan emiten sektor komoditas. Kendati demikian, Soni mengingatkan investor mewaspadai beberapa tantangan. Di antaranya, rentannya pertumbuhan ekonomi global.

"Dari sisi domestik, masalah datang dari anggaran belanja negara, terutama pendapatan pajak, nilai tukar rupiah, dan inflasi," papar dia.

Wawan memperkirakan, tahun ini reksadana syariah jenis saham dan campuran akan kembali mencetak imbal hasil tertinggi. Ada beberapa katalis positif bagi dua jenis reksadana ini.

Pertama, tren perbaikan harga dan sektor komoditas. Kedua, realisasi pembangunan infrastruktur yang mulai terlihat di 2017. Ketiga, sektor konsumer akan ditopang oleh perbaikan ekonomi Indonesia.

Bank Indonesia (BI) mematok pertumbuhan ekonomi Tanah Air berkisar 5%–5,4% di 2017. Ketiga sentimen tadi akan membuat JII melesat 8%–12%. Sementara return reksadana pendapatan tetap syariah mencapai 6%–8%. Maklum, peluang penurunan suku bunga acuan dalam negeri sudah sangat terbatas.

"Imbal hasil sukuk hanya akan berasal dari yield dan bunga. Kenaikan harga lebih sedikit karena mayoritas investor sukuk buy and hold," terang Wawan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×