kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Reksadana saham memble lagi


Selasa, 02 Februari 2016 / 08:05 WIB
Reksadana saham memble lagi


Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Kinerja reksadana saham sepanjang Januari 2016 masih memble. Data Infovesta Utama menunjukkan, indeks rata-rata imbal hasil reksadana saham yang tercermin pada Infovesta Equity Fund Index minus 0,15%.

Padahal, pada periode yang sama, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 0,5%. Performa reksadana saham terburuk di antara jenis reksadana konvensional. Pada periode sama, reksadana pendapatan tetap, campuran dan pasar uang mencetak hasil positif.

Dari daftar reksadana saham, kinerja produk Prospera Bijak milik PT Prospera Asset Management paling unggul, yakni 4,81%.

Menilik fund fact sheet per Desember 2015, manajer investasi ini menempatkan dana kelolaan Prospera Bijak hingga 85,77% pada efek saham dan sisanya di instrumen pasar uang. Lima alokasi aset terbesar produk ini adalah BBNI, BMRI, ASII, INDF, serta UNVR.

Investment Director Sucorinvest Asset Management Jemmy Paul Wawointana berpendapat, sebagian besar produk reksadana saham yang beredar tidak memiliki efek saham HMSP dengan bobot cukup besar.

"HMSP itu hampir 10% IHSG. Di Januari 2016 HMSP naik cukup banyak," imbuhnya. Makanya rata-rata reksadana saham mencetak kinerja negatif di awal tahun, bahkan di bawah IHSG.

Senior Fund Manager PT BNI Asset Management Hanif Mantiq sepakat, rendahnya performa rata-rata reksadana saham disebabkan oleh mayoritas produk yang tidak memiliki efek saham HMSP.

Hanif menuturkan, pada Januari 2016, HMSP naik 10,1% dari semula 94.000 menjadi 103.500. "Padahal IHSG hanya naik 0,48%. Selain itu mungkin tidak punya TLKM yang naik dari 3.105 ke 3.340," ujarnya.

Analis Infovesta Utama Beben Feri Wibowo menjelaskan, sepanjang Januari, pasar saham domestik tertekan merosotnya harga minyak mentah hingga di bawah US$ 30 per barel. Pasar juga khawatir atas perlambatan ekonomi China.

Tapi, "Pekan keempat, IHSG mendapat sentimen positif dari indeks regional Asia yang merespons positif rebound harga minyak mentah," kata Beben.

Ia memproyeksikan, return reksadana saham tahun ini akan di rentang 11,34% - 14,88%. Pemicunya, berbagai kebijakan pemerintah yang ingin mencapai target ekonomi tahun 2016.

Jemmy optimistis, reksadana saham masih bisa mencetak imbal hasil sekitar 10%-15% sepanjang tahun ini. Faktor pendorongnya adalah peluang penurunan BI rate akibat inflasi yang terjaga. Peluang kenaikan rating Indonesia dari lembaga pemeringkat internasional Standard and Poor’s (S&P) juga menjadi amunisi tambahan.

Pada 21 Mei 2015, S&P menaikkan outlook peringkat Indonesia dari stable menjadi positive. Ini berarti ada peluang bagi S&P untuk menaikkan rating Indonesia dalam kurun 12 bulan. "Tantangan yang patut dicermati tahun ini adalah fiskal yang shortfall serta eksekusi rencana pembangunan infrastruktur," papar Jemmy.

Serupa Hanif yakin, reksadana saham tahun ini bisa mencapai imbal hasil 20%. Katalis positif bersumber dari domestik, yakni stabilitas rupiah dan terjaganya inflasi yang dipatok sekitar 4%. "Produk domestik bruto (PDB) rebound serta pertumbuhan laba emiten di atas 15%. Masih optimistis," kata Hanif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×