kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.310.000 -1,13%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Reksadana pendapatan tetap tumbuh lebih dari 5% sejak awal tahun


Minggu, 06 September 2020 / 15:16 WIB
Reksadana pendapatan tetap tumbuh lebih dari 5% sejak awal tahun
ILUSTRASI. Kinerja rata-rata reksadana pendapatan tetap naik 5,19% secara tahunan hingga Agustus.


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja reksadana pendapatan tetap paling unggul di antara jenis reksadana lain. Analis dan manajer investasi optimistis pertumbuhan kinerja reksadana pendapatan tetap masih akan berlanjut dan menjadi jawara di tahun ini.

Berdasarkan data Infovesta hingga Agustus, kinerja rata-rata reksadana pendapatan tetap yang tercermin dalam Infovesta 90 Fixed Income Fund Index tumbuh 5,19% secara tahunan. Kinerja tersebut jadi yang paling tinggi di antara jenis reksadana lain.

Lihat saja, kinerja reksadana saham secara rerata masih minus 18,68% ytd. Begitu pun kinerja reksadana campuran yang minus 8,42% ytd. Sementara, kinerja reksadana pasar uang meningkat 3,22%.

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan kinerja reksadana pendapatan tetap meningkat karena kinerja aset obligasi terpengaruh naik akibat pergerakan suku bunga acuan Bank Indonesia yang menurun.

Baca Juga: IHSG diprediksi akan melemah pada perdagangan Jumat (4/9), ini saran analis

Reksadana Bahana Prime Income Fund milik Bahana TCW Investment menjadi salah satu reksadana yang berkinerja unggul. Tercatat secara bulanan kinerja reksadana ini tumbuh 2,04% lebih tinggi dari rerata kinerja reksadana pendapatan tetap yang tumbuh 0,73% di periode yang sama.

Direktur Bahana TCW Investment Soni Wibowo mengatakan reksadananya mampu berkinerja lebih tinggi karena memiliki aset Surat Berharga Negara (SBN) dalam durasi panjang. "Tenor panjang dipilih karena kami ingin memanfaatkan kondisi makro saat ini yang masih deflasi dan ancaman resesi," kata Soni. 

Kondisi makro saat ini memungkinkan pemerintah untuk mempertahankan suku bunga rendah dan ini menguntungkan obligasi tenor panjang.

Baca Juga: Resesi di depan mata, investasi saham bisa jadi pilihan utama investor jangka panjang




TERBARU

[X]
×