Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar modal tanah air ramai diserbu investor di awal tahun 2023. Ini pada akhirnya berdampak baik bagi kinerja reksadana. Direktur Batavia Prosperindo Aset Manajemen Eri Kusnadi mengatakan bahwa pergerakan pasar modal pada awal tahun 2023 masih merupakan lanjutan dari kejadian di bulan Desember 2022.
Sentimennya masih sama yakni terkait inflasi Amerika Serikat (AS) yang mulai mereda. Hal itu menciptakan ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed pada level yang rendah.
"Kondisi terkendalinya situasi inflasi AS membuat investor asing masuk (inflow) ke Indonesia salah satunya memburu obligasi negara," jelas Eri kepada Kontan.co.id, Kamis (2/2).
Eri bilang, market Indonesia dipandang menarik karena data-data ekonomi domestik kuat seperti defisit Anggaran pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang di bawah 3% atau lebih tepatnya 2,38% pada tahun 2022. Serta, berbagai kebijakan Bank Indonesia (BI) telah mampu mempertahankan nilai tukar rupiah.
Baca Juga: Kinerja Reksadana Pendapatan Mentereng pada Bulan Lalu, Ini Pendorongnya
Apabila melihat pasar Surat Utang Negara (SUN), investor asing memang tengah masuk. Misalnya pada lelang SUN Selasa (31/1), penawaran masuk investor asing pada lelang SUN mencapai Rp 10,91 triliun.
Inflow dana investor asing tersebut kemudian menguatkan pasar surat utang tanah air. Kinerja obligasi pemerintah maupun obligasi korporasi sukses bertumbuh di awal tahun.
Mengutip data Infovesta Utama, kinerja obligasi pemerintah yakni Infovesta Goverment Bond Index mencatatkan return sebesar 0,87% selama Januari 2023. Sedangkan, kinerja obligasi korporasi yang tercermin dari Infovesta Corporate Bond Index meraih return 0,38%.
Alhasil, penguatan pasar obligasi berdampak positif bagi performa reksadana pendapatan tetap. Kinerja reksadana pendapatan tetap berhasil mencetak return tertinggi 0,77% di kelas aset reksadana selama Januari 2023. Sementara, kinerja reksadana campuran dan reksadana pasar uang masing-masing tumbuh sebesar 0,41% dan 0,38%.
Eri mencermati bahwa pertumbuhan kinerja reksadana pasar uang (RDPU) berkaitan dengan tren suku bunga deposito yang meningkat di tengah cenderung stabilnya pasar obligasi. Sedangkan, performa reksadana campuran masih bergantung pada strategi masing-masing Manajer Investasi (MI) dalam pengelolaannya.
Hanya saja, kinerja positif tidak diikuti oleh pasar saham. Performa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tertekan 0,17% selama Januari 2023. Tekanan ini pula yang menyebabkan lesunya reksadana saham yang terkoreksi 0,15% selama Januari 2023.
Menurut Eri, pasar saham digoyahkan oleh re-opening China yang menarik mata investor. Setelah usai dari kebijakan nol covid yang panjang, pasar saham China berada di level yang sangat murah, sehingga langsung diserbu investor.
Dari dalam negeri pun sebenarnya tidak ada berita buruk yang mengkhawatirkan bagi pasar saham. Pemulihan ekonomi juga sudah mendekati level sebelum pandemi.
Baca Juga: Tren Pertumbuhan Kredit Akan Picu Kinerja Reksa Dana Pasar Uang
Eri beranggapan bahwa kinerja minus dari pasar saham yang tersorot lebih dikarenakan Indonesia sudah mengalami kinerja yang cukup baik selama 2 tahun berturut turut.
Ke depan, prospek kinerja reksadana masih cukup dinamis mengikuti perkembangan pasar. Apabila suku bunga dunia mencapai puncaknya, lalu mengurangi tekanan resesi maka hak tersebut positif bagi reksadana.
Batavia Prosperindo Aset Manajemen memproyeksikan pertumbuhan laba emiten secara rata-rata akan berada di rentang 5%-10%. Dengan demikian, performa apik perusahaan-perusahaan bakal merefleksikan kenaikan yang sama pada IHSG.
Sementara, yield obligasi Indonesia diperkirakan cenderung stabil. Secara rata-rata yield obligasi Indonesia akan berada di rentang sekitar 7%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News