kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Reksadana Pendapatan Tetap Berbasis Obligasi Korporasi Dinilai Lebih Menarik


Rabu, 13 April 2022 / 17:56 WIB
Reksadana Pendapatan Tetap Berbasis Obligasi Korporasi Dinilai Lebih Menarik
ILUSTRASI. Reksadana.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar obligasi Indonesia tengah berada dalam tekanan seiring adanya sentimen kenaikan suku bunga acuan dan kenaikan inflasi global. Hal ini tercermin dari yield SBN acuan 10 tahun yang bergerak dari kisaran 6,7% pada akhir Februari 2022 menjadi 6,9% pada hari ini, Rabu (13/4).

Kendati pasar obligasi berada dalam tekanan, nyatanya reksadana pendapatan tetap masih catatkan pertumbuhan dana kelolaan. Merujuk data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pada akhir Maret 2022, dana kelolaan reksadana ini sebesar Rp  155,77 triliun. Jumlah tersebut naik 2,61% secara bulanan mengingat pada akhir Februari masih sebesar Rp 151,81 triliun.

Head of Fixed Income Trimegah Asset Management Darma Yudha mengatakan faktor utama yang mendorong hal tersebut adalah likuiditas yang masih berlimpah. Selain itu, ada potensi para investor reksadana melakukan switching

Investor yang ingin mengoptimalkan imbal hasil, akan beralih dari reksadana pasar uang ke reksadana pendapatan tetap. Sementara para investor reksadana saham beberapa juga melakukan aksi profit taking karena IHSG dinilai sudah menguat terlalu tinggi.

Baca Juga: Meneropong Potensi Imbal Hasil Reksadana Pendapatan Tetap Tahun Ini

“Ditambah lagi dengan kehadiran investor ritel baru yang tren pertumbuhannya terus meningkat setiap bulan,” terang Yudha kepada Kontan.co.id, Rabu (13/4).

Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), jumlah investor reksadana per akhir Maret 2022 mencapai 7,74 juta. Angka tersebut naik hingga 13,12% dibanding posisi akhir tahun lalu yang hanya 6,84 juta investor.

Menurut Yudha, prospek reksadana pendapatan tetap pada tahun ini masih cukup menarik, hanya saja untuk produk yang berbasis obligasi korporasi. Selain kinerjanya yang lebih stabil, produk reksadana pendapatan tetap berbasis obligasi korporasi masih punya spread terhadap inflasi dan deposito yang cukup tebal.

Sementara untuk reksadana pendapatan tetap yang berbasis obligasi negara cenderung terbatas potensi upside-nya. Menurutnya, ke depan yield SBN masih akan ada potensi koreksi, mengingat tingginya inflasi Amerika Serikat sehingga mendorong potensi kenaikan yield US Treasury, hingga pengetatan kebijakan moneter dari The Fed. 

Katalis negatif juga membayangi dari dalam negeri seiring dengan adanya kemungkinan kenaikan inflasi imbas kenaikan beberapa bahan pokok. Belum lagi potensi kenaikan suku bunga acuan di akhir tahun.

Baca Juga: Manajer Investasi Dihadapkan Pada Pilihan Dilematis Untuk Saham GOTO

“Oleh karena itu, di Trimegah Asset Management, untuk obligasi negara kami lebih pilih untuk memperpendek durasi. Dengan potensi obligasi korporasi yang lebih prospektif, kami lebih overweight dan memperbanyak porsinya,” imbuh Yudha. 

Pada tahun ini, Yudha memproyeksikan imbal hasil reksadana pendapatan tetap yang berbasis obligasi korporasi akan menghasilkan imbal hasil 5-6,5% nett. Sementara untuk reksadana pendapatan tetap berbasis obligasi negara diperkirakan sebesar 2-3% nett.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×