Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil kembali mencetak rekor all time high. Hari ini, Kamis (24/3), IHSG mengakhiri perdagangan di level 7.049,68. Selain mencetak rekor, IHSG sepanjang tahun ini juga sudah berhasil menguat 7,49%.
Kinerja apik IHSG dinilai menjadi sentimen positif untuk kinerja reksadana indeks. Maklum, kinerja reksadana yang satu ini cenderung mengekor dengan kinerja indeks. Direktur Panin Asset Management Rudiyanto melihat, reksadana indeks berpotensi mencatatkan kinerja apik pada tahun ini. Pasalnya, IHSG ke depan berpotensi untuk kembali menguat.
“Dari sisi kinerja, reksadana indeks seharusnya sesuai dengan IHSG dan saham big caps. Karena kebanyakan indeks itu saham yang likuid dan besar seperti IDX-30,” kata Rudiyanto kepada Kontan.co.id, Kamis (24/3)
Baca Juga: Berikut Sentimen yang Mengangkat IHSG pada Perdagangan Kamis (24/3)
Menurut Rudiyanto terdapat beberapa sentimen yang berpotensi mendorong kinerja IHSG lebih lanjut. Pertama, solidnya laporan keuangan dari dari sektor non perbankan, seperti telekomunikasi, batubara, hingga sawit. Kedua, sentimen pembagian dividen seharusnya bisa menjadi katalis positif lain.
Dia menambahkan, selain itu, diharapkan pada April mendatang ada kabar positif dari Amerika Serikat, yakni data inflasi AS Maret yang turun. Jika hal tersebut terjadi, ekspektasi suku bunga agresif bisa mereda. Hal ini pada akhirnya bisa menjadi sentimen positif untuk IHSG.
Sementara dari sisi risiko, tingkat inflasi AS maupun Indonesia yang lebih tinggi dari perkiraan bisa menjadi katalis negatif. Selain itu, rencana melantainya GOTO juga bisa menjadi risiko tersendiri.
“Setelah listing, GOTO diperkirakan bobotnya mencapai 9% dari IHSG, jika pergerakannya volatile, maka IHSG juga akan jadi volatile. Pada akhirnya bisa berdampak negatif,” imbuh Rudiyanto.
Baca Juga: IHSG Moncer, Kinerja Reksadana Indeks Berpotensi Cemerlang
Rudiyanto optimistis IHSG pada akhir tahun nanti bisa mencapai level 7.400-7.600. Sementara jika sampai terjadi rotasi sektor dan sektor konvensional kembali jadi pilihan, maka indeks seperti IDX-30 yang tahun lalu kalah, pada tahun ini berpotensi di atas IHSG.
Pada akhirnya, kinerja reksadana indeks akan mengacu pada masing-masing indeks yang dijadikan acuan.
“Bagi investor yang ingin masuk ke reksadana berbasis saham, lebih bijaksana waktu masuknya ketika sedang turun. Kecuali memang untuk investasi jangka panjang di atas 5 tahun,” tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News