Reporter: Aris Nurjani | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah kenaikan suku bunga dan inflasi, reksadana campuran membukukan kinerja positif pada Juli 2022 yang mengalami kenaikan 0,74%.
Senior Vice President, Head of Retail, Product Research & Distribution Division, PT Henan Putihrai Asset Management (HP Asset Management) Reza Fahmi Riawan mengatakan, kinerja aset investasi reksadana campuran sejauh ini masih membaik.
"Meskipun kita tahu bahwa bonds menjadi pemberat dalam reksadana campuran tahun ini, namun perfomance returnnya masih menarik untuk mendiversifikasikan dana nya pada reksadana campuran," ujar Reza kepada Kontan.co.id, senin (8/8).
Reza menjelaskan, ke depannya reksadana campuran akan cukup menarik kendati juga harus mencermati bonds. "Namun bonds di Indonesia masih menarik karena rata rata yield yang masih oke di sekitar 6%-7%," ujarnya.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham CPO di Tengah Peluncuran Sejumlah Kebijakan Pemerintah
Reza mengatakan, dana kelolaan di reksadana campuran masih lebih besar ditempatkan di saham, utamanya sektor pengerek IHSG sendiri sektor komoditas, energi dan perbankan.
"Selain melihat peluang yang akan datang di market, jelas kami juga memperhitungkan quality of stock/bonds yang akan kami kelola hingga bisa memberikan performance reksadana yang terbaik," tuturnya.
Menurut Reza, faktor negatif yang akan mempengaruhi dari pasar global adalah kenaikan Fed Fund Rate, penguatannya dolar AS dan kenaikan angka inflasi.
Sedangkan faktor positifnya adalah pada pergerakan harga komoditas yang diprediksi masih akan mengerek IHSG, dan fundamental ekonomi Indonesia yang membaik.
Reza mengatakan, kualitas aset investasi reksadana campuran Indonesia tahun ini masih menarik karena return nya masih bisa tinggi di level 8%-14%.
Baca Juga: Harga Batubara Masih Panas, Intip Rekomendasi Saham dari Analis Berikut Ini
"Namun untuk menarik investor asing kembali masuk mungkin belum bisa terlalu agresif karena bonds yang mengalami tekanan akibat dari The Fed yang menaikkan suku bunga sehingga bonds kekurangan daya tarik pada investor asing," jelasnya.
Reza menyampaikan Indonesia masih memiliki peluang besar untuk dilirik oleh investor asing. Pasalnya, Indoensia sebagai emerging market memiliki potensi kenaikan ekonomi yang besar dibanding dengan negara berkembang lainnya. Selain itu, fundamental ekonomi Indonesia bagus dan kecil kemungkinan terkena dampak resesi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News