kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Rekomendasi Saham-Saham yang Banyak Dibeli Investor Asing


Selasa, 24 September 2024 / 07:25 WIB
Rekomendasi Saham-Saham yang Banyak Dibeli Investor Asing
ILUSTRASI. Karyawan berjalan melintas dekat papan digital perdagangan saham di gedung Bursa Indonesia, Jakarta, Rabu (18/9/2024). Dalam rentang waktu satu minggu terakhir, aksi beli saing di bursa mencapai Rp 20,84 Triliun. Bahkan jika ditarik satu bulan kebelakang saat Indeks Harga Saham Gabungan beberapa kali rekor, dana asing yang masuk mencapai Rp 47,11 Triliun. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/18/09/2024


Reporter: Yuliana Hema | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam sebulan terakhir, asing mencatat net buy sebesar Rp 46,42 triliun di seluruh pasar. Net buy asing di pasar reguler mencapai Rp 13,09 triliun dalam sebulan terakhir, menurut data RTI.

Aliran dana asing ini turut menyokong Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menguat 3,07% dalam sebulan.    

Martha Christina, Head of Information Team Mirae Asset Sekuritas mencermati, aliran dana investor asing kembali masuk ke pasar saham Tanah Air khususnya di kuartal III-2023 dengan estimasi net buy sebesar Rp 25 triliun di pasar reguler. 

Di kuartal tiga berjalan ini, mayoritas dana investor asing masih mengalir ke saham-saham perbankan. Menyusul saham-saham dari sektor non perbankan, terutama yang berorientasi pada konsumen. 

Bahkan jika ditarik dalam satu bulan terakhir, investor asing juga masih mengakumulasi saham-saham perbankan seperti BBRI, BBCA, BMRI, BBNI, dan BRIS. Selain itu, asing juga mencetak net buy pada TLKM, AMRT, INDF, dan ASII

Baca Juga: Penurunan Suku Bunga Dorong Kemampuan Cicil Nasabah

Berdasarkan data RTI per Senin (23/9), dalam 20 hari terakhir net foreign buy TLKM mencapai Rp 812,7 miliar. Kemudian net buy asing pada AMRT, INDF, dan ASII masing-masing mencapai Rp 449 miliar, Rp 432,5 miliar, dan Rp 319,4 miliar. 

"Investor asing mengakumulasi saham-saham yang cukup heavy di konsumen dengan adanya penurunan suku bunga yang bisa mendorong konsumsi masyarakat," kata Martha, Senin (23/9). 

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus menambahkan, tidak heran jika saham dari sektor konsumer primer dan perbankan karena adanya sentimen pemangkasan suku bunga. 

Pasalnya, dengan tingkat suku bunga yang relatif rendah dapat mendorong daya beli masyarakat, meningkatkan konsumsi sehingga bisa mendorong kredit dan meningkatkan ketertarikan investor atas aset yang lebih berisiko seperti saham.

Baca Juga: Saham Emiten Teknologi Kembali Bangkit, Cek Rekomendasi Sahamnya

"Ke depannya, investor asing akan melirik saham-saham yang berkorelasi positif dengan penurunan suku bunga seperti keuangan, konsumen primer, ritel dan properti," ucap Nico. 

Memang kalau dicermati belakangan saham-saham di sektor properti juga mengalami lonjakan. Dalam satu bulan terakhir, indeks IDX sektor properti dan real estate sudah menguat 14,94% per Senin (23/9).

Di sektor properti, aliran dana investor asing terpantau mengalir deras ke saham CTRA dan PWON dengan net foreign buy masing-masing mencapai Rp 147,3 miliar dan Rp 117,7 miliar dalam 20 hari terakhir. 

Lebih lanjut, Nico mengatakan di masa transisi suku bunga rendah saat ini, investor bisa mencermati saham BMRI, BBRI, BBNI, BBCA, BNGA, BBTN, ARTO, BSDE, SMRA, CTRA, AMRT, ICBP, INDF, MYOR

Baca Juga: Simak Prospek Saham Bank Jumbo Setelah Tembus All Time High

Sementara dari saham-saham di sektor non-keuangan yang diakumulasi investor asing, Martha menilai secara harga TLKM relatif masih rendah, terutama jika dibandingkan dengan saham perbankan yang sudah break high

TLKM memang harganya relatif rendah karena pertumbuhannya low single digit. Ini membuat valuasi emiten telekomunikasi pelat merah itu lebih murah dibanding EXCL dan ISAT yang kinerjanya tumbuh double digit. 

"Tetapi konsekuensinya jika membeli TLKM di harga yang murah, tetapi pertumbuhannya yang lambat," kata Martha. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×