Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) mencatatkan kenaikan bunga yang memberikan tekanan pada laba bersih perseroan di kuartal I 2023. Meski begitu, hal tersebut dinilai tidak akan berlangsung lama lantaran suku bunga yang mulai melandai.
Sebagai pengingat, TOWR membukukan penurunan laba bersih 11,84% secara tahunan (YoY) menjadi Rp Rp 752,43 miliar di kuartal I 2023.
Analis NH Korindo Sekuritas Leonardo Lijuwardi mengatakan tergerusnya laba bersih karena beban keuangan yang meningkat drastis, terutama ditopang oleh kenaikan beban bunga bank. Beban bunga bank naik 27,34% YoY dan 12,05% secara kuartalan (QoQ) menjadi Rp 593,72 miliar.
Beban bunga obligasi juga meningkat 13% YoY, tetapi turun 4,31% QoQ menjadi Rp 81,35 miliar. Menurutnya, kenaikan beban keuangan (bunga bank dan obligasi) cukup membuat level marjin laba bersih TOWR di kuartal I cukup tergerus yang mana saat ini berada di level 26,26%.
"Namun, situasi ini sepertinya tidak akan menekan TOWR dalam waktu yang lama, mengingat kemungkinan kenaikan suku bunga yang mulai mereda," tulisnya dalam riset, Selasa (13/6).
Baca Juga: Anak Usaha Sarana Menara (TOWR), Protelindo Terbitkan Obligasi Rp 1,09 Triliun
Dari pendapatan, TOWR membukukan Rp 2,86 triliun, tumbuh 9,36% YoY dari Rp 2,61 triliun. Porsi penyewaan menara, yang merupakan bisnis inti mengalami penurunan sebesar 3,99% QoQ dan 3,67% YoY menjadi Rp 2,06 triliun.
Namun dari kinerja operasional, Leonardo melihat relatif stabil dan solid dengan marjin EBITDA dan marjin laba kotor masing-masing sebesar 85,14% dan 71,9%. Adapun dari aset operasional, jumlah menara yang dimiliki TOWR relatif stabil di kisaran 29.757 pada kuartal I 2023 dan jumlah penyewaan relatif stabil di level 53.820.
Selain itu tingkat rasio kolokasi (tenancy ratio) pada kuartal I 2023 berada pada level 1,81 kali dan stabil pada kisaran 1,8-1,9 kali selama tiga tahun terakhir.
Menariknya, Leonardo melihat perseroan diversifikasi bisnis di tengah stagnasi penyewaan menara ke segmen fiber optik membuahkan hasil. Segmen FTTT (Fiber to The Tower, Fiber Optik) mencatatkan kenaikan pendapatan yang drastis dan signifikan, yaitu meningkat 89,7% YoY dan 9,65% QoQ menjadi Rp 412,3 miliar.
Kenaikan pendapatan dari bisnis fiber sejalan dengan kenaikan jumlah jaringan fiber yang telah terpasang sejauh 162.399 km atau tumbuh 99,71% YoY dari 81.319 km dan tumbuh 8,4% QoQ dari 149.811 km. Selain pendapatan dari pertumbuhan segmen fiber, segmen konektivitas tumbuh sebesar 49,2% YoY dan menjadi Rp 391 miliar.
"Kami mempertahankan peringkat beli untuk TOWR dengan target harga Rp 1.370," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News