Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aksi pembelian kembali (buyback) saham masih ramai di Bursa Efek Indonesia. Sejumlah emiten menggelar buyback di tengah momentum bullish pasar, yang tergambar dari gerak menanjak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Pada perdagangan Rabu (18/9) IHSG ditutup melemah, namun hanya turun tipis 0,03%. Masih bertengger di atas level psikologis 7.800, tepatnya di 7.829,13 usai menembus level tertinggi baru (all time high) yang kini berada di posisi 7.879,04.
Dalam tren naik IHSG, sejumlah emiten sedang dan akan menggelar buyback. Contohnya PT Harum Energy Tbk (HRUM) yang baru mendapat restu dari Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada Selasa (17/9).
HRUM berencana melakukan buyback hingga sekitar 849 juta saham. HRUM menyiapkan dana sampai dengan Rp 1 triliun guna memuluskan aksi korporasi ini. Periode buyback dilakukan mulai 18 September 2024 hingga 17 September 2025.
Berikutnya ada PT Mandiri Herindo Adiperkasa Tbk (MAHA) yang menyiapkan dana sampai dengan Rp 200 miliar untuk buyback saham. MAHA akan terlebih dulu meminta persetujuan dalam RUPSLB yang dijadwalkan pada 22 Oktober 2024.
Baca Juga: Bank Negara Indonesia (BBNI) Telah Buyback 40,51 Juta Saham, Ini Kata Manajemen
PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) juga bersiap buyback saham mulai 26 September 2024 hingga 25 September 2025. MCAS berencana membeli hingga 30,2 juta saham dengan anggaran sebesar Rp 90,7 miliar.
Selain itu, ada sejumlah emiten yang sedang menggelar buyback. Di antaranya PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI) dengan alokasi dana hingga Rp 149,6 miliar dan PT Bank Raya Indonesia Tbk (AGRO) dengan anggaran Rp 20 miliar.
Sedangkan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) telah mengumumkan akhir periode buyback. Sejak 16 Maret 2023 sampai dengan 15 September 2024 BBNI telah membeli kembali sebanyak 40,51 juta saham.
Head of Equities Investment Berdikari Manajemen Investasi Agung Ramadoni mengamati aksi buyback ketika pasar sedang bullish berpotensi mendatangkan respons positif.
Apalagi jika laju saham tersebut sedang dalam tren melandai secara historis, sehingga tengah berada di posisi valuasi yang lebih murah.
"Di tengah pasar yang dalam tren naik, kemungkinan besar respons akan positif. Khususnya pada saham-saham yang masih dalam rentang harga terendah pada beberapa waktu terakhir" kata Agung kepada Kontan.co.id, Rabu (18/9).
Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi menambahkan, sejumlah emiten tampak ingin memberikan sinyal melalui buyback. Aksi ini diharapkan bisa meningkatkan kepercayaan investor terhadap prospek masa depan emiten, di tengah posisi saham yang masih undervalue.
Baca Juga: Mr DIY Dikabarkan Akan IPO Incar Dana Rp 4,62 Triliun
Audi menyoroti HRUM, MAHA dan MCAS yang harga sahamnya berada di bawah rata-rata beberapa bulan terakhir. "Sehingga perlu ada booster, karena tujuan besar dari aksi buyback adalah mendorong peningkatan harga saham di pasar, yang berada di bawah nilai wajar menurut emiten," terang Audi.
Tetap Selektif
Dalam pengamatan Audi, aksi buyback ikut berkontribusi mengangkat harga saham, seperti pada BBNI yang melaju dalam tiga bulan terakhir.
Pengamat Pasar Modal & Founder WH-Project William Hartanto sepakat, tren bullish pasar berpotensi mendatangkan respons positif, terutama bagi saham yang dianggap tertinggal atau menunggu giliran untuk naik.
Hanya saja, William mengingatkan agar pelaku pasar tetap selektif dalam memilih saham yang akan dan sedang buyback. Dia mengingatkan, penting untuk memperhatikan likuiditas saham serta dukungan dari momentum teknikal.
Certified Elliott Wave Analyst Master Kanaka Hita Solvera Daniel Agustinus menimpali, meski IHSG sedang bullish, tapi tidak semua saham berada dalam tren naik. Dus, seberapa signifikan sentimen dari aksi buyback akan tergantung dari faktor masing-masing sahamnya, khususnya dari sisi valuasi, tren harga dan prospek emiten.