Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dengan lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi, pemerintah memutuskan untuk memberlakukan PPKM Darurat. Walaupun aktivitas ekonomi kembali dibatasi, PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) dinilai relatif tidak terkena dampak yang signifikan dari pembatasan tersebut.
Analis Ciptadana Sekuritas Robert Sebastian dalam risetnya pada 30 Juni mengatakan, KLBF akan baik-baik saja seiring toko obat masih diperbolehkan untuk beroperasi.
Ia juga berkaca dari keadaan pada kuartal II-2020 ketika pemerintah menerapkan PSBB total. Pada periode tersebut, KLBF membukukan pendapatan Rp 5,8 triliun atau hanya turun 0,1% secara year on year. “Hal ini menunjukkan bahwa operasional KLBF masih tetap tangguh meski dalam situasi lockdown,” tulis Robert dalam risetnya.
Di satu sisi, Robert juga melihat kembali meningkatnya kasus Covid-19 akan berdampak positif pada penjualan produk Health and Happiness (H2) yang berada di bawah kategori suplemen kesehatan milik KLBF. Hal ini tidak terlepas dari semakin meningkatnya juga permintaan seiring masyarakat berupaya meningkatkan imunitas dan daya tahan tubuh selama pandemi ini.
Baca Juga: Kesehatan mental penting dijaga selama menghadapi pandemi
Lebih lanjut, ia memproyeksikan kontribusi dari kategori suplemen kesehatan untuk pendapatan KLBF pada tahun ini akan berkisar di Rp 850 miliar.
Selain dari penjualan obat-obatan dan suplemen kesehatan, KLBF saat ini bersama dengan Genexine Covid-19 vaccine (GX-19N) sedang dalam tahap finalisasi uji klinis. Memasuki bulan ini, KLBF menargetkan uji klinis fase 2 dan 3 akan segera dimulai. Kedua tahap uji klinis ini diperkirakan akan memerlukan waktu sekitar 5-6 bulan.
Oleh karena itu, Robert memperkirakan semua proses bisa selesai pada akhir tahun ini, dan siap untuk go komersial pada akhir Desember 2021. Untuk proses distribusi, ia berharap Kalbe akan menggunakan jasa PT Enseval Medika Prima karena Enseval sudah memiliki sarana dan prasarana yang memadai.
Bahkan, Enseval juga telah ditunjuk oleh pemerintah untuk mendistribusikan vaksin di 7 provinsi yang berada di Sumatra dan Kalimantan.
Baca Juga: Peningkatan kasus Covid-19 membayangi, saham farmasi dan rumah sakit tambah menarik
“Dengan asumsi vaksin (GX-19N) akan dikomersialkan pada awal tahun depan, KLBF menargetkan 5 juta dosis untuk batch pertama. Harga untuk 1 dosis adalah sekitar US$ 10, sehingga kontribusi pendapatan dari vaksin akan menjadi sekitar Rp 724,2 miliar, atau 2,7% dari proyeksi pendapatan KLBF pada 2022,” imbuh Robert.
Walau begitu, Robert menyebut bahwa skenario tersebut masih tentatif, karena ada kemungkinan vaksin tersebut menjadi proyek kerjasama dengan pemerintah. Jika skenario ini terjadi, ia memperkirakan harga vaksin akan lebih rendah, dan KLBF akan dapat menerima margin yang lebih rendah.
Dengan berbagai hal di atas, Robert optimistis KLBF akan berkinerja baik pada tahun ini, apalagi emiten ini juga salah satu yang tangguh dalam menghadapi situasi Covid-19. Untuk tahun ini, Ciptada memproyeksikan pendapatan KLBF akan sebesar Rp 24,41 triliun dengan laba bersih sebesar Rp 2,87 triliun.
Adapun, Robert merekomendasikan untuk beli saham KLBF dengan target harga Rp 1.840 per saham.
Selanjutnya: Permintaan produk multivitamin hingga antibiotik Kalbe Farma (KLBF) meningkat 25%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News