kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rekomendasi analis terhadap saham penerbangan pasca penghapusan PSC


Minggu, 25 Oktober 2020 / 16:20 WIB
Rekomendasi analis terhadap saham penerbangan pasca penghapusan PSC
ILUSTRASI. Sebuah pesawat udara terbang melintas di atas jalan raya saat bersiap mendarat di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Denpasar, Bali, Senin (14/1/2019).


Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah telah meluncurkan stimulus bagi sektor penerbangan nasional melalui pembebasan tarif Pelayanan Jasa Penumpang Pesawat Udara (PJP2U) atau dikenal juga dengan Passenger Service Charge (PSC).

Muhammad Nafan Aji Gusta Utama, analis Binaartha Sekuritas menilai, kebijakan ini akan berdampak positif untuk emiten penerbangan seperti PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) dan PT AirAsia Indonesia Tbk (CMPP).

Nafan bilang, insentif ini dapat mendorong pemulihan industri penerbangan di tengah pandemi Covid-19. Dengan adanya stimulus ini, tarif tiket pesawat juga menjadi lebih murah dan bisa meringankan penumpang. Hal ini juga dapat meningkatkan minat masyarakat untuk kembali menggunakan layanan transportasi udara.

Oleh karena itu, ia memprediksi trafik penumpang di kuartal terakhir tahun ini akan meningkat. “Perusahaan bisa memanfaatkan momentum libur panjang Natal dan Tahun Baru,” katanya, Minggu (25/10).

Baca Juga: Garuda Indonesia (GIAA) optimistis jumlah penumpang meningkat seiring stimulus PJP2U

Selain itu, penerapan vaksin Covid-19 dan upaya perusahaan untuk meningkatkan kinerja dari bisnis kargo juga bisa menjadi katalis positif untuk saham-saham emiten penerbangan.

Sebagai informasi, PT Garuda Indonesia Tbk saat ini juga berupaya untuk menggenjot pendapatan dari bisnis kargo, bahkan GIAA terus memperluas dan membuka rute kargo baru ke luar negeri.

Menurut Nafan, peningkatan bisnis kargo ini dapat membantu emiten dalam menahan penurunan kinerja dari bisnis penumpang selama pandemi Covid-19.

Nafan mengatakan, pelaku pasar dapat akumulasi saham GIAA dengan target harga Rp 456 per saham dalam jangka setahun ke depan. Pada penutupan perdagangan Jumat (23/10) saham GIAA menguat 0,83% ke harga Rp 244 per saham.

Selanjutnya: Sentimen eksternal jadi penentu kinerja rupiah pada Senin (26/10)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×