Reporter: Melysa Anggreni | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Dolar Amerika Serikat (AS) rebound pada pekan terakhir Juli 2025. Per Jumat (25/7/2025), indeks dolar AS bergerak ke level 97,6 atau menguat 0,28% secara harian.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, kenaikan dolar AS ini tampaknya bersifat sementara dan reaktif terhadap sentimen data ekonomi AS dan optimisme kesepakatan perundingan perdagangan.
“Ditambah jika kesepakatan tarif antara AS - Jepang deal, ini kemungkinan akan diikuti negara-negara besar lainnya seperti Uni Eropa (UE) dan Tiongkok,” ujar Josua kepada Kontan.co.id, Minggu (27/7/2025).
Pemberlakuan tarif akan secara resmi dilakukan pada 1 Agustus mendatang. Hal ini dapat memberikan sedikit amunisi pada dolar AS untuk terangkat karena adanya tekanan biaya pada mitra dagang AS. “Tapi pola rebound ini masih terbatas oleh peluang pemangkasan suku bunga acuan Federal Reserve (the Fed) yang tetap tinggi,” kata Josua.
Baca Juga: Loyo di Akhir Pekan Lalu, Kurs Rupiah Bakal Bertenaga di Awal Pekan Ini?
Menurut Josua, ruang pelemahan dolar AS masih terbuka jika narasi pemangkasan suku bunga kembali mendominasi. Indeks dolar AS masih berpotensi terjebak dalam tekanan ke bawah jika ada perkembangan positif lanjutan dalam kesepakatan perdagangan global. “Tidak merefleksikan tren jangka menengah yang stabil,” kata Josua.
Kenaikan Dolar AS Terbatas
Lukman Leong, Analis Doo Financial Futures menambahkan, berkaca pada pola sebelumnya, kenaikan pada indeks dolar AS biasanya akan bersifat terbatas dan akan kembali melanjutkan tren penurunannya.
Lukman menyampaikan, apapun hasilnya dari tenggat baru pemberlakuan tarif tidak akan berdampak positif untuk AS. Sebenarnya yang terpenting adalah kesepakatan dengan dua ekonomi terbesar, yaitu China dan Uni Eropa.
“Tanpa adanya gambaran dan harapan positif, indeks dolar AS diperkirakan masih akan tertekan di kuartal lll-2025 dengan proyeksi di level 95 - 96,” ujar Lukman kepada Kontan.co.id, Jumat (25/7/2025).
Hanya saja, Lukman mengatakan, pelemahan dolar AS tidak serta merta menguatkan rupiah. Apalagi, Bank Indonesia (BI) lebih mengutamakan stabilitas rupiah dikisaran Rp 16.000 per dolar AS.
“Dari pelemahan ini justru membuka peluang Bank Indonesia (BI) untuk memangkas suku bunga daripada menguatkan rupiah,” tutur Lukman.
Baca Juga: Akhir Pekan Melemah, Intip Proyeksi Rupiah pada Senin (28/7)
Lukman memperkirakan rupiah akan bertengger dikisaran Rp 16.100 - Rp 16.400 per dolar AS pada kuartal lll-2025.
Sementara, Josua memperkirakan, rupiah akan bergerak stabil cenderung menguat jika BI menurunkan suku bunga, investor asing tetap optimis terhadap pasar obligasi, dan kesepakatan tarif dagang AS - Indonesia terus berjalan lancar.
"Kemungkinan akan bertengger dikisaran Rp 16.000 - Ro 16.500 per dolar AS,” imbuh Josua.
Selanjutnya: OJK Atur Ketentuan Pembagian Risiko Kredit Industri Penjaminan, Ini Respons Perbankan
Menarik Dibaca: 6 Rekomendasi Drama Korea Action Militer Tentara Penuh Aksi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News