Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Sepanjang empat bulan pertama tahun ini, ladang kontruksi tampaknya masih belum bisa digarap secara optimal. Ini tercermin dari realisasi kontrak baru emiten-emiten kontruksi yang terlihat cukup minim hingga bulan April.
Rata-rata realisasi kontrak baru dari tiga emiten kontruksi pelat merah sepanjang empat bulan ini baru sekitar 21%. Sementara emiten kontruski swasta seperti PT Total Bangun Persada Tbk (TOTL) telah mencapai target wajar kontrak baru lantaran targetnya memang tidak sebesar emiten BUMN. TOTL merealisasikan 40% dari target yang telah dipatok.
Realisasi terbanyak dicatatkan oleh PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP) yang mencapai Rp 7,8 triliun atau 28,8 dari target yang dipatok hingga akhir tahun sebesar Rp 27 triliun. Lalu, diikuti oleh PT waskita Karya (WSKT) dengan realisasi sebesar 17,7% atau Rp 3,7 triliun dari target Rp 20,8 Triliun. Sementara PT Wijaya Karya (WIKA) mengantongi kontrak baru Rp 5,12 triliun atau 16,9% dari target sebesar Rp 30,59 triliun.
Adapun kinerja emiten kontruksi pelat merah sepanjang kuartal I tercatat beragam. WSKT dan PTPP masih mencatatkan pertumbuhan secara year on year (YoY) masing-masing 83% dan 52%. Sedangkan WIKA dan ADHI turun masing-masing 63,2 % dan 34,5%.
Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri mengatakan realisasi kontrak anyar emiten kontruksi sepanjang empat bulan pertama masih cukup wajar. Pasalnya, realisasi proyek pemerintah baru akan optimal pada semester II mendatang. “Itu masih wajar karena dia masih mengadalkan swasta dan BUMN,” kata Hans pada KONTAN, Minggu (10/5).
Hans mengatakan, pemerintah kemungkinan akan mempercepar realisasi proyek infrastuktur di bulan Mei ini untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Maklum di kuartal I 2015, pertumbuhan ekonomi hanya 4,7% menurun dari periode yang sama tahun lalu. Oleh karena itu, kinerja emiten kontruksi akan kuartal II akan lebih bagus dibandingkan kuartal lalu.
Hans melihat prospek sektor kontruksi masih positif hingga akhir tahun. Kendati demikian, sektor ini masih menghadapai tantangan besar yakni sejaumana realisasi proyek pemerintah. Jika pemerintah gagal merealialisasikan proyek maka emiten kontruksi akan sepi proyek.
Untuk emiten kontruksi, Hans merekomendasikan buy untuk WIKA dengan target harga wajar Rp 3.900.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News