Reporter: Oginawa R Prayogo | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Bank asing Hongkong Shanghai Banking Corporation (HSBC) mengakui masih banyak masyarakat Indonesia yang belum mempunyai pengetahuan yang cukup soal produk investasi, apalagi soal wealth management. Maka dari itu, bank tersebut fokus edukasi masyarakat tentang produk keuangan dan investasi.
"Kita fokus bukan ke produk tapi ke edukasi masyarakat. Karena itu bagian untuk memperbesar 'kue' (produk investasi)," ujar Steven Suryana, Senior Vice President & Head of Wealth Management HSBC saat temu media di Gedung WTC II, Kamis (7/11).
Steven menjelaskan edukasi ke masyarakat yang sudah dilakukan HSBC dengan membuat acara Wealth Discovery pada September 2013 lalu. Di acara tersebut HSBC mengundang pemangku kepentingan, mahasiswa dan masyarakat umum untuk sosialisasi dan edukasi produk investasi. "Kami juga membuat kelas untuk para media sebagai bagian dari edukasi," tambahya.
Steven memaparkan rendahnya edukasi masyarakat tentang produk investasi dapat dilihat dari jumlah masyarakat yang membeli produk tersebut. Dia bilang nasabah investor saham hanya sebesar 250.000 orang, nasabah reksadana 161.000 orang dan pembeli obligasi negara hanya 71.000 orang.
"Industri asuransi juga begitu. Total premi asuransi di Indonesia jika dibandingkan dengan PDB hanya 1%. Sedangkan Malaysia sudah di kisaran 4% dan Taiwan di atas 10%," ujar Steven. Dia bilang hal tersebut merupakan tantangan bagi industri keuangan.
Sebelumnya, Ligwina Hananto, Perencana Keuangan sekaligus Pendiri QM Financial bilang bahwa para perencana keuangan yang terdaftar di Independent Financial Planners Club (IFPC) terus gencar untuk menekankan fungsi perencanaan keuangan serta produk-produk investasi lainnya.
"Saya aktif di IFPC untuk edukasi ke masyarakat dengan tujuan memperbesar 'kue'. Kalau 'kue' ini terus membesar maka jasa perencana keuangan juga makin banyak digunakan," tutur Ligwina.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News