kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ramai-ramai meraup dana di pasar modal


Jumat, 03 Mei 2013 / 08:00 WIB
Ramai-ramai meraup dana di pasar modal
ILUSTRASI. Tetap lakukan protokol kesehatan saat berolahraga


Reporter: Wahyu Satriani, Kornelis Pandu Wicaksono | Editor: Wahyu T.Rahmawati

JAKARTA. Obligasi masih menjadi pilihan sumber pendanaan bagi korporasi di tahun ini. Data Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebut, total penerbitan obligasi korporasi hingga 1 Mei mencapai Rp 19,42 triliun. Angka ini lebih tinggi ketimbang rights issue yang sebesar Rp 4,32 triliun.

Belakangan, memang beberapa perusahaan menyatakan minat untuk meraup dana di pasar modal lewat hajatan rights issue. Angka rencana penerbitannya pun terhitung besar. Menurut hitungan emiten, penerbitan saham baru lebih murah karena tidak perlu membayar bunga.

Jhon Veter, Managing Director Investa Saran Mandiri mengatakan dalam jangka panjang, rights issue lebih murah karena tidak ada pembayaran bunga. Ia menduga, emiten mulai banyak memilih pendanaan lewat rights issue untuk menangkap momentum, karena uang beredar di pasar saham sedang tinggi.

Tapi, pasokan obligasi pun tak surut. Penerbitan obligasi bisa dilakukan perusahaan yang sudah melantai di BEI dan perusahaan yang tidak mencatatkan saham di bursa.

Untuk membeli saham rights issue, investor tentu saja harus lebih dahulu punya saham emiten tersebut. Sedangkan untuk membeli obligasi, investor tidak perlu punya saham perusahaan.

Direktur Utama Bond Research Institute (BondRI) Tumpal Sihombing menilai, penerbitan obligasi menguntungkan, terutama bagi perusahaan-perusahaan yang menggenggam peringkat investment grade. Peringkat tinggi menyebabkan emiten bisa menawarkan kupon lebih rendah, karena hitungan risiko yang juga lebih rendah.

Menurut Tumpal, saat ini korporasi memilih penerbitan obligasi tenor pendek seperti tiga tahun, lima tahun dan tujuh tahun. Instrumen tenor panjang memiliki kupon yang lebih tinggi sehingga beban perusahaan untuk memberikan kupon terhadap investor semakin besar. "Semakin panjang tenor, risikonya tentu semakin tinggi sehingga investor harus diapresiasi dengan kupon lebih tinggi," kata Tumpal, Kamis (2/5).

Head of Fixed Income BCA Sekuritas Herdi Ranu Wibowo mengatakan, investor harus lebih selektif memilih obligasi korporasi. Salah satunya, diversifikasi sektor industri untuk mengurangi risiko. Sejumlah sektor industri yang bisa menjadi pilihan, menurut dia , antara lain sektor konsumer dan infrastruktur.

Herdi menyatakan, investor bisa memilih obligasi bertenor pendek di bawah lima tahun karena ekspektasi inflasi semakin meningkat. "Investor juga harus memperhatikan peringkat dan outlook emitennya," kata Herdi.

Rencana Pendanaan Korporasi
Obligasi
Perusahaan Nilai (Rp miliar)
Toyota Astra Financial Service 1.200
Mandiri Tunas Finance 500
Bumi Serpong Damai 1.000
Agung Podomoro Land 2.500
MNC Capital 500
Nippon Indosari Corpindo 500
Jasa Marga 2.100
Batavia Prosperindo Finance 300
Tifa Finance -
Citra Marga Nusaphala Persada 1.200
Rights Issue
Perusahaan Nilai (Rp miliar)
Hero Supermarket 3.460
Dyviacom Intrabumi 7.000
Ratu Prabu Energi 350
Bank Internasional Indonesia 3.000
Astra Otoparts 2.980
Citra Marga Nusaphala Persada 800
sumber: riset KONTAN

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×