Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Tiga emiten BUMN tengah menjajaki alternatif pendanaan lewat penerbitan surat utang atau obligasi tahun 2016 guna mengantisipasi penundaan Penyertaan Modal Negara (PMN). Ketiga emiten tersebut antara lain PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP), PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), dan PT Jasa Marga Tbk (JSMR).
Sebelumnya, ketiganya diusulkan memperoleh PMN dalam Rancangan APBN 2016. Namun, DPR menolak usulan tersebut dan meminta untuk dibahas kembali dalam APBN Perubahan 2016. WIKA diusulkan mendapat Rp 4 triliun, PTPP Rp 2,25 triliun dan JSMR Rp 1,25 triliun.
Ketiganya masih optimis bisa mendapat PMN 2016. Kendati demikian, mereka tetap mengkaji alternatif pendanaan lain seandainya PMN batal. WIKA misalnya menjajaki alternatif penerbitan saham baru melalui mekanisme privat placement dan obligasi berkelanjutan.
Adji Firmantoro mengatakan, privat placement akan dilakukan dengan mempertahankan kepemilikan pemerintah tidak kurang dari 55%. Saat ini kepemilikan pemerintah pada WIKA mencapai 65,05%. Dengan demikian, WIKA berpeluang melakukan penawaran umum terbatas dengan menurunkan kepemilikan pemerintah 10,05%. Melalui aksi ini, perseroan menargetkan dana Rp 2,8 triliun dengan melepas saham di harga Rp 2.800.
Alternatif lain, WIKA akan menerbitkan obligasi berkelanjutan sebesar Rp 6 triliun dengan tenor lima tahun. Perseroan berencana menerbitkan surat utang tersebut dalam jangka waktu dua tahun. Tahap pertama rencananya akan diterbitkan tahun 2016 sebesar Rp 1,4 triliun.
WIKA rencananya akan menggunakan dana PMN untuk pembangunan kawasan industri Kuala Tanjung, PLTU Banten 2 x 1.000 MW, PLTU Aceh 2 x200 MW, jalan tol Soreang-Koja, Tol Menado -Bitung, Tol Samarinda-Balikpapan dan WTP Jati Luhur.
Sementara PTPP dan JSMR tengah menjajaki alternatif penerbitan obligasi. Sayang, management kedua emiten ini belum bisa menyampaikan jumlah obligasi yang hendak diterbitkan lantaran masih dalam tahap kajian.
Direktur Utama PTPP, Bambang Triwibowo menyatakan mengaku optimistis bisa mendapat tambahan modal tahun 2016. Kendati pun batal, pengerjaan proyek-proyek perseroan tahun depan tidak akan terganggu lantaran masih memiliki ruang untuk menerbitkan obligasi.
"Kalau PMN mundur, proyek kami mungkin akan jalan tahun depan pada Agustus September. Kalau tidak disetujui, tidak masalah karena kami masih punya ruang obligasi," katanya di Jakarta, Rabu (1/11).
Sementara JSMR tidak hanya akan menerbitkan obligasi untuk mendanai kebutuhan capex tetapi juga sekaligus merestrukturisasi utang obligasi perseroan yang akan jatuh tempo pada tahun 2016 sebesar Rp 1,5 triliun. Jumlah obligasi yang akan digunakan capex masih dikaji manajemen perseroan.
Tahun depan, JSMR mengganggarkan capex sebesar Rp 14 triliun yang akan digunakan untuk mengggarap 13 ruas tol. Sekitar Rp 3 triliun -Rp 4 triliun akan dialokasikan dari kas internal perseroan dan sekitara Rp 10 triliun- Rp 11 triliun akan didanai dari eksternal yakni obligasi dan pinjaman perbankan.
Kendati pun perseroan tidak jadi memperoleh PMN, Direktur Keuangan JSMR, Reynaldi Hermanjah mengatakan rasio utang terhadap ekuitas (DER) JSMR masih aman. Pasalnya, saat puncak investasi tahun depan DER perseroan masih 3,7 kali.
Dengan investasi besar-besaran yang dilakukan tahun depan, JSMR menargetkan seluruh ruas tol yang sedang digarap saat ini bisa beroperasi pada akhir tahun 2017 dan awal 2018. Tahun ini, perseroan akan mengoperasikan dua ruas tol dan tahun depan ditargetkan empat ruas.
Dengan beroperasinya ruas tol baru tersebut, perseroan menargetkan bisa mengantongi pendapatan dari tol sebesar Rp 8,6 triliun tahun 2016. Sementara arus lalu lintas kendaraan ditargetkan mencapai 1,4 miliar. Hingga tahun 2020, JSMR menargetkan jumlah aset menjaid Rp 58 triliun.
Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri menilai prospek ketiga emiten tersebut masih cukup positif tahun depan. Pasalnya, ketiganya begerak di sektor infrastruktur yang diuntungkan dengan program-program pemerintah.
Namun, jika PMN ditunda, ketiga emiten tersebut membutuhkan pendanaan eksternal untuk menggarap dan mengincar proyek-proyek baru. “Jika utang bertambah maka nantinya akan menekan perolehan laba bersih. Di sisi lain , rasio utang mereka juga akan naik.” jelas Hans.
Hanya saja, ketika proyek-proyek yang dikerjakan ketiga emiten tersebut rampung dan pembayara dari proyek-proyek pemerintah mulai berjalan maka ke depannya kinerja JSMR, PTPP dan WIKA juga akan lebih baik.
Sementara propek penerbitan obligasi tahun depan menurutnya akan lebih baik. Pasalnya, kenaikan suku bunga The Fed diproyeksi akan terjadi akhir tahun ini sehingga tahun depan pasar sudah ditandai dengan kepastian.
Hans merekomendasikan buy untuk JSMR , WIKA dan PTPP dengan target harga masing-masing akhir tahun ini Rp 5.600, Rp 3.000, dan Rp 3.650. Sedangkan target harga tahun 2016 Rp 6.000, Rp 3.300 dan Rp 4.000.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News