Reporter: Achmad Jatnika | Editor: Yudho Winarto
Sementara itu, sisa dana segar akan digunakan sebagai modal kerja (working capital) untuk operasional NICL dan IBM, dengan rincian sebesar 72% untuk modal kerja untuk operasional NICL dan sebesar 28% untuk modal kerja untuk operasional IBM.
Biaya operasional tersebut di antaranya seperti biaya kontraktor, biaya Quality Assurance & Quality Control (QAQC), biaya pengapalan, dan biaya operasional lainnya.
Bersamaan dengan penawaran umum saham, NICL juga menerbitkan waran seri I yang diberikan secara cuma-cuma sebagai pemanis bagi calon investor yang membeli saham dalam penawaran umum.
Setiap pemegang 10 saham baru berhak memperoleh 13 waran, di mana setiap 1 waran memberikan hak kepada pemegang untuk membeli 1 saham baru yang dikeluarkan dalam portapel waran yang diterbitkan mempunyai jangka waktu selama 2 tahun. Dana hasil pelaksanaan warran seri I akan digunakan untuk penambahan modal kerja.
Rudy pun meyakini prospek komoditas nikel ke depan masih cukup cerah, salah satunya disokong oleh sentimen pengembangan mobil listrik. Jumlah pasokan nikel cukup terbatas karena permintaan yang semakin meningkat dari industri kendaraan listrik atau electric vehicle (EV).
Baca Juga: IPO PAM Mineral menargetkan dana segar Rp 200 miliar
Dia bilang, pangsa pasar (market share) untuk kendaraan listrik akan meningkat dari 2,5% pada tahun 2019 menjadi 10% pada tahun 2025 mendatang. Bahkan, market share untuk industri kendaraan listrik diprediksikan akan meningkat menjadi 28% di tahun 2030 dan 58% di tahun 2040.
Pada tahun 2019, konsumsi nikel untuk bahan baku baterai mencapai 7% dari total konsumsi global. Diperkirakan pada tahun 2022, permintaan nikel akan melebihi pasokan/supply yang ada.
“Ini potensi yang besar bagi PAM Mineral untuk bertumbuh mengingat saat ini baru sebagian kecil dari area yang dieksploitasi,” terang Rudy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News