Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investor asing kembali mengarahkan radar investasinya ke pasar saham Indonesia. Dua hari terakhir, asing sudah mencatatkan pembelian bersih (net buy) Rp 589,92 miliar.
Analis First Asia Capital David Sutyanto menilai, kembalinya dana asing merupakan efek rebalancing investor luar negeri. Asing sudah sempat keluar sejak kuartal kedua tahun ini. Maka tak heran jika sejak awal tahun hingga kemarin (ytd), asing sudah mencatatkan penjualan bersih (net sell) Rp 40,43 triliun.
Di saat dana asing keluar, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) justru tetap menanjak. Bahkan indeks saham berkali-kali memperbarui rekor tertinggi sepanjang sejarah Bursa Efek Indonesia (BEI). "Asing melihat, berarti prospek di sini masih baik, sehingga mereka kembali masuk," ujar David, kemarin.
Hal serupa juga terjadi pada saham sektor perbankan. Sejak awal tahun, asing banyak masuk ke saham perbankan. Alasannya jelas, kapitalisasi saham bank besar dengan volume saham yang tebal. "Karena mereka pasti ingin masuk ke saham dengan kapitalisasi pasar besar, tapi juga dengan volume yang besar supaya mudah keluar," jelas David.
Setelah keluar, saham perbankan ternyata masih dalam tren menguat lantaran terus ditampung investor lokal. Sadar prospek perbankan dalam negeri masih positif, asing kembali masuk ke sektor perbankan.
Kepala Riset OSO Sekuritas Riska Afriani sependapat. Tapi, ada satu pemicu yang turut memancing asing masuk, yakni keputusan The Federal Reserve (The Fed).
Kebijakan The Fed untuk mengerek suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 1,25%–1,5% menghapus ketidakpastian yang sebelumnya menghantui pasar global.
Kepastian sudah muncul, ditambah kondisi IHSG yang justru terus meningkat.
Asing pun kembali masuk. "Ketika masuk, asing memilih saham yang undervalued," imbuh Riska.
Hal ini juga yang menjadi alasan asing banyak memburu saham Bank Tabungan Negara (BBTN) sepanjang perdagangan Rabu (20/12). Net buy asing atas saham BBTN tercatat Rp 27,54 miliar. Posisi price to book value (PBV) BBTN di level 1,78 kali.
Bandingkan dengan saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI). Net buy asing atas saham ini Rp 15,84 miliar. Sementara, PBV sahamnya ada di level 2,64 kali.
Selain BBTN, asing juga memburu saham Indofood Sukses Makmur (INDF). Alasannya sama, harga INDF yang cenderung tertekan sejak awal tahun. Harga saham INDF saat ini di level Rp 7.550 per saham, telah menurun 6% sejak awal tahun. Tapi, dalam tiga bulan terakhir, saham INDF telah menyusut lebih dari 10%.
Sejatinya, saham di sektor lain masih menjadi buruan investor asing. Dari sektor konstruksi, ada saham PT PP Tbk (PTPP). Lalu dari sektor properti ada saham Bumi Serpong Damai (BSDE). Tapi, asing akan memilih saham berkapitalisasi besar terlebih dulu sebagai prioritas.
Masuknya kembali asing ke saham INDF, lanjut Riska, juga menjadi sinyal untuk prospek tahun depan. Posisi itu menunjukkan saham sektor konsumer menjadi buruan investor asing.
Apalagi saham sektor konsumer punya karakteristik defensif. Pada saat yang bersamaan tahun depan kembali masuk ke tahun politik di mana banyak ketidakpastian muncul. Tentu, diikuti saham sektor perbankan.
Andrey Wijaya, analis RHB Sekuritas, memberi peringkat overweight sektor konsumsi tahun depan. Salah satu sentimennya adalah rencana pemerintah memodifikasi penyaluran dana desa lebih bersifat labour-intensive.
Ini akan membuat lapangan kerja di desa lebih banyak. Artinya, permintaan masyarakat naik karena banyak yang menjadi pekerja. "Sehingga, sektor yang didorong permintaan domestik akan positif," tulis Andrey dalam riset 15 Desember.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News