Reporter: Elisabet Lisa Listiani Putri | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Tahun ini, PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) menargetkan marketing sales Rp 2,7 triliun. Proyeksi ini naik 19% dibandingkan estimasi marketing sales tahun 2016 senilai Rp 2,27 triliun.
Untuk belanja modal tahun ini, PWON hanya mengalokasikan sekitar Rp 1,7 triliun. Belanja modal ini lebih rendah 15% dibanding belanja modal tahun lalu Rp 2 triliun.
"Sumber belanja modal berasal dari internal cashflow, marketing sales collection dan pinjaman bank yang belum ditarik," ungkap Minarto Basuki, Direktur Keuangan Pakuwon, kepada KONTAN, Senin (6/2). Meski demikian, dia tak bisa menyebutkan porsi pendanaan dari berbagai sumber dana tersebut.
Sebelumnya, Moody's Investors Service telah memberikan peringkat Ba3 untuk obligasi Pakuwon Prima Pte Ltd, anak usaha PWON. Menurut rilis Moody's, PWON bakal menerbitkan global bonds. Emiten ini akan menggunakan dana hasil penerbitan obligasi untuk membayar utang senilai US$ 200 juta yang akan jatuh tempo pada 2019 dan modal kerja.
Moody's juga memprediksi dalam 12-18 bulan mendatang, pendapatan PWON tumbuh 5%. Di periode sama, porsi recurring income emiten ini diprediksi mencapai 50%54% dari total pendapatan.
Meski demikian, PWON belum mau berbicara terkait penerbitan global bonds ini. "Nanti kami informasikan," tutur Minarto.
Analis NH Korindo Securities Bima Setiaji menilai, PWON memiliki prospek bisnis yang bagus di tahun ini. Sebab, PWON memiliki porsi recurring income cukup besar, yakni 52%. Hal inilah yang membuat Bima menyatakan PWON merupakan emiten properti yang paling stabil.
"Peningkatan recurring income sekitar 15% mungkin terjadi dengan penambahan dua mal baru tahun ini, yakni Mall Pakuwon Indah II dan Tunjungan Plaza VI," ungkap Bima kepada KONTAN.
Selama ini mal PWON memiliki okupansi di atas rata-rata. Namun PWON dinilai masih kekurangan landbank.Bima masih merekomendasikan buy PWON di angka 740 per saham. Harga PWON kemarin Rp 565 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News