Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT MNC Energy Investment Tbk (IATA) dinilai memiliki prospek yang baik seiring dengan masuknya IATA ke bisnis batubara.
Analis Henan Putihrai Sekuritas Jono Syafei dan Robertus Yanuar Hardy menginisasi cakupan saham IATA dan menyematkan peringkat beli dengan target harga Rp 390. Target harga ini memiliki potensi return kurang lebih 70% dari harga sekarang.
Menurut Jono dan Robertus, rating ini disematkan dengan menimbang potensi pemulihan kinerja keuangan menyusul kontribusi yang diantisipasi dari Bhakti Coal Resources (BCR) dan Bhakti Migas Resources (BMR) yang diharapkan dapat mengimbangi bisnis penerbangan yang sedang berkinerja kurang baik.
Setelah konsolidasi Bhakti Coal Resources, pendapatan dan EBITDA milik IATA pada kuartal pertama 2022 tercatat sebesar US$ 40,4 juta dan 23,5 juta. Sementara itu, laba bersih IATA berhasil pulih menjadi US$ 9,4 juta dari kerugian bersih pada 2021 sebesar US$ 0,5 juta.
Baca Juga: Produksi Batubara MNC Energy Investments (IATA) Melonjak 95%,4% di Kuartal I-2022
Henan Putihrai Sekuritas memproyeksikan EBITDA dan laba bersih IATA pada 2022 dapat mencapai masing-masing US$ 233,4 juta dan 260,1 juta sementara EBITDA dan laba bersih pada 2023 menjadi sebesar US$ 93,35 juta dan US$ 104,05 juta. Proyeksi ini mengikuti target produksi batubara sebesar 7,8 juta ton dan 8,2 juta ton pada 2022 dan 2023.
Adapun IATA berencana menerbitkan 14,84 miliar saham seri-B baru melalui rights issue. Selain rights issue, ada juga 2,97 miliar waran dan 1,14 miliar saham private placement.
Hasil dari aksi korporasi ini akan digunakan untuk melunasi surat sanggup senilai US$ 140 juta (setara Rp 2 triliun) untuk mengakuisisi Bhakti Coal dari PT MNC Investama Tbk (BHIT) dan untuk membiayai modal kerja di masa depan. RUPST dijadwalkan pada 18-Mei-2022.
“Oleh karena itu, pada kapitalisasi pasar yang diproyeksikan sebesar Rp 4,65 triliun setelah rights issue, IATA saat ini diperdagangkan pada valuasi yang murah, hanya 3,5 kali / 3,1 kali dari rasio price/earnings-nya pada 2022/2023. Target harga kami menyiratkan 4,8 kali /4,3 kali dari rasio price/earnings 2022/2023,” tulis Jono dan Robertus dalam riset, Selasa (26/4).
Jono dan Robertus menilai, valuasi ini masih cukup murah jika dibandingkan dengan emiten lain sejenis seperti PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Adaro Energy Tbk (ADRO) yang saat ini diperdagangkan pada price/earnings rasio 5,3 kali dan 7,6 kali.
Namun, risiko dari rekomendasi ini di antaranya volume produksi batubara yang lebih rendah dari proyeksi serta pengakuan kerugian yang lebih besar dari bisnis penerbangannya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News