Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) membukukan kinerja yang cukup baik pada kuartal I-2021. Emiten farmasi ini berhasil mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp 6,01 triliun pada tiga bulan pertama 2021.
Realisasi penjualan tersebut naik 3,8% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu, yang hanya Rp 5,79 triliun.
Sementara dari sisi bottom line, KLBF berhasil mengantongi laba bersih Rp 716 miliar hingga akhir Maret 2021. Perolehan tersebut naik 7,1% dibandingkan laba bersih di kuartal I-2020 yang sebear Rp 669 miliar.
Analis NH Korindo Sekuritas Putu Chantika mengatakan, laba bersih yang diperoleh KLBF, anggota indeks Kompas100 ini, telah memenuhi 24,6% dari proyeksi NH Korindo pada tahun ini.
“Kenaikan ini tidak terlepas dari margin operasi dan marjin bersih KLBF yang naik menjadi 14,5% dan 11,9% pada kuartal I-2021 dibanding 14,1% dan 11,5% pada kuartal I-2020. Pertumbuhan pada kuartal ini sendiri disebabkan oleh efisiensi biaya operasional KLBF,” tulis Putu dalam risetnya yang dikutip Kontan.co.id, Selasa (11/5).
Baca Juga: Kalbe Farma (KLBF) serap capex Rp 300 miliar hingga Maret 2021
Sepanjang tahun ini, manajemen KLBF telah mematok target pendapatan yang cenderung konservatif, yakni sekitar 5%-6%. Putu menyebut target tersebut masih sejalan dengan estimasi pendapatan dari NH Korindo pada tahun ini.
Hal tersebut mempertimbangkan pemulihan daya beli masyarakat yang masih bertahap dan situasi yang kurang kondusif pada saat ini.
Namun, secara jangka panjang, Putu meyakini KLBF punya prospek yang menarik seiring strategi bisnis perusahaan yang dinilai solid. Pertama adalah langkah KLBF yang sudah meluncurkan alat tes diagnostik Covid-19 berbasis air liur dengan harga Rp 488.000 per kit.
Dia melihat bahwa produk ini akan diminati karena Indonesia masih melawan wabah Covid-19, ditambah dengan kekhawatiran gelombang kedua.
Kedua, anak perusahaan KLBF, Kalbe Genexine Biologics (KGBio) menandatangani perjanjian lisensi dengan Genexine Korea Selatan untuk mengembangkan dan mengkomersialkan obat imun-onkologi GX-17. Adapun, saat ini GX-17 masih dalam tahap uji klinis tahap kedua.
Ketiga, anak perusahaan KLBF lainnya, Enseval Putra Megatrading (EPMT) juga mendapatkan mandat untuk mendistribusikan vaksin Covid-19 ke 7 provinsi, sebagian besar di Sumatra dan Kalimantan.
Keempat, vaksin KLBF GX-19 saat ini memasuki uji klinis fase kedua dan diharapkan dapat dikomersialkan pada kuartal keempat.
“Dalam pandangan kami, dengan izin dari pemerintah Indonesia, skema vaksinasi Covid-19 swasta akan menguntungkan KLBF,” imbuh Putu.
Oleh karena itu, dia optimistis terhadap prospek KLBF ke depan seiring strategi bisnis yang solid, dan didukung oleh efisiensi biaya, posisi kas dan arus kas operasi yang kuat. Terlebih lagi, kinerja KLBF pada kuartal I-2021 juga sejalan dengan proyeksi dari NH Korindo Sekuritas.
Adapun, untuk tahun ini, Putu memproyeksikan pendapatan KLBF akan mencapai Rp 26,33 triliun dengan laba bersih sebesar Rp 3,12 triliun.
Dus, Putu pun memberi rekomendasi untuk beli saham KLBF dengan target harga Rp 1.750 per saham yang berdasarkan target P/E sebesar 26,3x.
Selanjutnya: Emiten farmasi masih punya sentimen positif di tahun 2021
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News