Reporter: Sholla Taufiq | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) sedang menggenjot volume penjualannya. Tahun ini, perusahaan tambang plat merah itu menargetkan volume penjualan 14,5 juta ton batubara, naik 13% dari tahun lalu yang seberat 10,8 juta ton.
Sekitar 42% atau 6,1 juta ton batubara PTBA akan dibeli PT Indonesia Power untuk pasokan ke Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya. Indonesia Power membeli batubara PTBA dengan harga Rp 884.000 per ton. Ini berarti dari pasokan ke PLTU Suralaya saja, PTBA akan mengantongi pendapatan sekitar Rp 5,3 triliun.
Sementara harga jual batubara untuk PLTU Bukit Asam dan PLTU Tarahan sampai saat ini masih dalam tahap negosiasi dengan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). "Volume penjualan kedua PLTU itu sekitar dua juta ton," kata Sekretaris Perusahaan PTBA Eko Budhiwijayanto kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), kemarin (12/3).
Eko menjelaskan, tahun lalu PTBA mengantongi pendapatan Rp 7,2 triliun, naik 75% dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp 4,1 triliun. Penjualan domestik menyumbang pendapatan Rp 4,2 triliun, selebihnya dari ekspor.
Kenaikan pendapatan itu antara lain berkat harga jual batubara PTBA yang melambung. Tahun lalu harga jual rata-rata batubara PTBA US$ 68,73 per ton, naik 45% dari tahun sebelumnya yang cuma US$ 47,5 per ton.
Adapun laba bersih PTBA tahun lalu melompat 135% dari Rp 726,21 miliar menjadi Rp 1,7 triliun.
Eko menambahkan, berdasarkan hitungan IMC Group Consulting Limited dari Inggris, per Januari 2009, total cadangan batubara yang bisa ditambang PTBA mencapai sekitar dua miliar ton. Angka ini bertambah 200 juta ton dari perkiraan sebelumnya sebanyak 1,8 miliar ton.
Total cadangan tadi termasuk 220 juta ton cadangan batubara di Kabupaten Lahat Sumatera Selatan. Tapi, daerah ini masih jadi sengketa.
Adapun untuk total sumberdaya batubara PTBA, dalam hitungan terbaru berkurang 200 juta ton menjadi 7,3 miliar ton. "Turunnya sumberdaya itu lantaran berkurangnya sumberdaya di Tambang Peranap, Riau," kata Eko.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News