Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) bakal melakukan banyak ekspansi di tahun ini, termasuk ekspansi anorganik. Selain membidik akuisisi beberapa tambang baru, PTBA juga berencana masuk ke bisnis non-tambang.
Achmad Sudarto, Direktur Keuangan PTBA mengatakan, perseroan berencana melakukan merger dan akuisisi (M&A) pada sektor selain pertambangan batubara seperti transportasi perkapalan dan industri perkebunan kelapa sawit (CPO).
"Kami dapat mandat untuk agresif karena memiliki kas cukup banyak. Sehingga kami tidak hanya mengandalkan pertumbuhan organik, tetapi juga membidik lompatan pertumbuhan dari anorganik," ujarnya di Jakarta, Rabu (22/3).
Ia menjelaskan, saat ini sudah melakukan uji tuntas (due diligence) dengan beberapa perusahaan target akuisisi. "Ada sekitar tiga hingga lima perusahaan yang sedang dijajaki," tandasnya.
Achmad mengatakan, jika hanya mengandalkan bisnis batubara, pertumbuhan yang bisa dicapai hanya berkisar 30% per tahun. Sementara, perseroan bisa mendapatkan pertumbuhan lebih tinggi lagi jika melakukan akuisisi perusahaan beraset besar.
"Dalam akuisisi ini, kami harus memiliki porsi mayoritas dan perusahaannya harus profitable," imbuhnya.
PTBA membidik sektor perkebunan karena memiliki jumlah lahan yang cukup besar untuk direklamasi. "Jadi lahan itu bisa ditanami CPO, sehingga bisa menghasilkan produk dengan nilai tambah," ujarnya.
PTBA juga menyiapkan akuisisi tambang batubara baik lokal ataupun tambang di luar negeri. Ada sekitar tiga sampai lima perusahaan tambang yang tengah dijajaki.
Perseroan membidik tambang dengan cadangan batubara minimal 100 juta ton. "Kami membuka peluang akuisisi di luar negeri juga," kata Achmad.
Seluruh rencana akuisisi itu ditargetkan tuntas pada akhir tahun 2017. Ia memperkirakan, total aset PTBA yang saat ini senilai Rp 18,5 triliun bisa bertambah signifikan usai akuisisi.
PTBA juga tengah mengikuti sejumlah tender proyek PLTU di luar Pulau Jawa dan Sumatera. Total kapasitas yang sedang ditender sekitar 800 mega watt (MW). Nilai investasi proyek itu berkisar US$ 800 juta atau sekitar lebih dari Rp 10 triliun.
Untuk melakukan rencana akuisisi, PTBA masih memiliki dana kas yang tersedia sekitar Rp 3,7 triliun. PTBA juga masih memiliki saham simpanan (treasury stock) sebesar Rp 2,3 triliun. Tahun depan, perseroan juga masih punya ruang untuk menerbitkan obligasi global senilai US$ 2,5 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News