Reporter: Benedicta Prima | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada semester I-2019, emiten pelat merah PT Timah Tbk (TINS) membukukan pendapatan sebesar Rp 9,65 triliun. Jumlah tersebut mengalami peningkatan hingga 120,32% bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu (yoy) dari Rp 4,38 triliun.
Kenaikan pendapatan yang terbilang signifikan tersebut ditopang oleh naiknya penghasilan dari logam timah dan tin solder serta jasa galangan kapal.
Baca Juga: Wamen ESDM Arcandra Tahar resmikan 6 titik BBM satu harga di Kepulauan Nias
Logam timah dan tin solder berkontribusi sekitar 92,33% ke total pendapatan semester I-2019. Adapun, nilainya mencapai Rp 8,91 triliun. Pendapatan dari segmen ini naik 127,87% bila dibandingkan kondisi semester I-2018 yang hanya membukukan Rp 3,91 triliun.
Sementara itu, pendapatan dari jasa galangan tercatat sebesar Rp 287,70 miliar. Kontribusi ke pendapatan hanya sekitar 2,98% ke total pendapatan.
Hanya saja perolehan pada paruh pertama di tahun ini tersebut, tumbuh tajam hingga 3.532,57% yoy. Sebab pada semester I-2018 pendapatan dari segmen ini hanya Rp 7,92 miliar.
Dari jumlah pendapatan dari logam timah dan tin solder tersebut, sebanyak Rp 8,73 triliun di jual ke pasar luar negeri alias ekspor atau setara 97,98%. Sementara itu, yang dijual di dalam negeri sebesar Rp 182,96 miliar.
Sejalan dengan itu, beban pokok TINS juga naik signifikan. Adapun, pada paruh pertama ini mereka merogoh kocek cukup dalam, hingga Rp 8,84 triliun. Jumlah tersebut naik 138,92% yoy dari Rp 3,7 triliun.
Baca Juga: Tambang Bumi Resources Minerals (BRMS) di Palu bersiap memproduksi emas
Kenaikan ini utamanya disebabkan oleh beban untuk membeli bahan baku biji timah yang mencapai Rp 9,48 triliun slias naik 260,46% yoy. Kemudian disusul oleh naiknya biaya untuk jasa pihak ketiga dari Rp 144,43 miliar menjadi Rp 1,36 triliun.
Angka tersebut menunjukkan kenaikan biaya untuk jasa pihak ketiga mencapai 871,43% yoy.
Dengan kondisi tersebut, alhasil laba TINS yang diatribusikan ke pemilik entitas induk tercatat Rp 205,29 miliar. Perolehan tersebut naik 20,66% yoy dari semester I-2018 yang hanya mengantongi laba Rp 170,14 miliar.
Di samping kinerja yang cukup solid tersebut, TINS juga mengalami peningkatan utang. Pada semester I-2019 tercatat utang perusahaan mencapai Rp 14,19 triliun atau naik 65,19% dari awal tahun.
Adapun utang pada awal tahun tercatat Rp 8,59 triliun. Utang tersebut didominasi oleh utang jangka pendek yang tercatat Rp 11,72 triliun atau naik 89,03% sejak awal tahun.
Baca Juga: Pemda Babel tak akui IUP timah TINS di laut, berapa potensi bisnis TINS yang hilang?
Utang jangka pendek TINS naik cukup tinggi sebab dia memiliki utang bank jangka pendek mencapai Rp 8,91 triliun. Utang tersebut mendominasi utang jangka pendek setara dengan 76,02%.
Ini juga terlihat pada kas perusahaan yang mendapat suntikan dari pinjaman bank mencapai Rp 21,18 triliun. Naik signifikan sejak awal tahun yang hanya mendapatkan pinjaman dari bank sebesar Rp 860,07 miliar.
Alhasil, kas dan setara kas pada akhir periode tercatat masih sebesar Rp 609,49 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News