Reporter: Azis Husaini | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Timah Tbk (TINS) akan menjual sebagian besar saham anak usaha PT Rumah Sakit Bakti Timah (RSBT) yang kini mengelola 4 unit rumah sakit. Penjualan itu adalah bagian dari rencana besar pemerintah membentuk holding rumah sakit.
Asal tahu saja, RSBT berdiri tanggal 18 Desember 2014 sesuai Akta Pendirian No.34 Tahun 2014. Sebelumnya RSBT dikelola sebuah yayasan bernama Yayasan Bakti Timah yang berlokasi di Pangkalpinang Bangka Belitung.
Baca Juga: PT Timah (TINS) membatalkan rencana buyback saham, ini penyebabnya
Direktur Keuangan TINS Wibisono mengatakan bahwa saat ini TINS melalui anak usahanya itu sudah memiliki empat rumah sakit. "Kami akan jual RSBT ke Indonesia Healthcare Corporation (IHC) atau holding rumah sakit, Juni ini selesai penjualannya," kata dia dalam pertemuan dengan watawan di bilang Bundaran HI Jakarta, Rabu (18/6).
Wibisiono mengatakan, TINS nanti bisa saja menjual 51% saham RSBT kepada holding, namun sampai sekarang skema kepemilikan sahamnya masih dirancang oleh Mandiri Sekuritas. "Apakah nanti kami punya saham di IHC atau kami masih pegang 49% saham RSBT," ungkap dia.
Dia menerangkan pihaknya belum bisa membebrkan valuasi RSBT yang kini jumlahnya ada empat unit. "Belum ada nilai valuasi RSBT, karena masih dihitung Mandiri Sekuritas," ujar dia.
Baca Juga: Rekap buyback saham: ANTM dan TINS batal, PTBA Rp 12,5 miliar
Wibisono menilai, bahwa pihaknya memang memerlukan penyertaan modal di rumah sakit yang berada di Bangka Belitung itu, atau berada di daerah operasi TINS. Sebab, memang RS tersebut diperuntukkan bagi penisiunan karyawan TINS, karyawan TINS, dan masyarakat setempat. Apalagi saat ini RSBT sudah mulai menerima peserta BPJS.
Sekretaris Perusahaan TINS Abdullah Umar Baswedan menjelaskan bahwa kontribusi pendapatan RSBT belum besar dalam konsolidasi pendapatan perusahaan.
Mengutip Kompas.com, pada 2017 lalu sudah dibentuk IHS sebagai holding rumah sakit. Adapun pemimpin holding adalah Pertamina yang memang sudah memiliki banyak rumah sakit di berbagai daerah. Rumah sakit Pertamina banyak tersebar di daerah-daerah yang memiliki kantong-kantong karyawan Pertamina cukup besar, seperti Cirebon, Balikpapan, Jakarta, dan Prabumulih.
Dari deretan rumah sakit besar yang dimiliki Pertamina itu, yang fasilitasnya cukup lengkap di antaranya RS Pertamina Pusat, RS Pertamina Jaya, RS Pertamina Cilacap, RS Pertamina Balikpapan, dan RS Pertamedika Tarakan.
Selain rumah sakit layanan lengkap tipe A, Pertamina juga memiliki jaringan puluhan rumah sakit tipe B dan Tipe C di sejumlah daerah. Deretan rumah sakit Pertamina lainnya antara lain Rumah Sakit Pertamina Cirebon, Rumah Sakit Pertamina Prabumulih, dan Rumah Sakit Pertamina Tanjung Kalimantan Selatan.
Lalu Rumah Sakit Pertamina Sorong, Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan, Rumah Sakit Pertamina Plaju, Rumah Sakit Pertamina Rantau Aceh, Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Lampung. Kemudian Rumah Sakit Pertamedika Ummi Rosnati Aceh, Rumah Sakit Baiturrahim Jambi, Rumah Sakit Pertamina Balongan, dan Rumah Sakit Pertamina Dumai.
Baca Juga: Patra Jasa rampungkan pembangunan RS Pusat Pertamina Extension Covid-19
Di luar Pertamina, BUMN lain yang memiliki rumah sakit mentereng antara lain Rumah Sakit Antam Media milik PT Antam Tbk di Jakarta, Rumah Sakit Pelni milik PT Pelni (Persero) di Jakarta. Rumah Sakit Krakatau Media milik PT Krakatau Steel (Persero) Tbk di Cilegon Banteng, Rumah Sakit Pelabuhan milik PT Pelindo II (Persero) di Jakarta, Rumah Sakit Primasatya Husada Citra milik PT Pelindo III (Persero) di Surabaya, dan Rumah Sakit Semen Gresik milik Semen Indonesia Group di Gresik.
Di luar rumah sakit besar tersebut, sejumlah perusahaan pelat merah lainnya juga memiliki jaringan rumah sakit, meski fasilitas dan layanannya relatif belum selengkap Pertamina. Beberapa BUMN lain yang memiliki bisnis rumah sakit seperti PT Timah, Holding BUMN Perkebunan atau PTPN, Pelindo I, dan PT Bukit Asam.
Sebagai informasi, dari 64 rumah sakit yang dimiliki 15 BUMN, jika disatukan maka akan memiliki 6.500 tempat tidur. Lalu, dokter umumnya sebanyak 940, dokter spesialis 1.473 dan dokter sub spesialis sebanyak 159. Adapun total ruang operasinya dari 64 rumah sakit tersebut sebanyak 126 ruangan. Diperkirakan, nantinya 64 rumah sakit tersebut akan mendapatkan pendapatan hingga Rp 8 triliun dalam satu tahunnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News