Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan alias IHSG hari ini diperkirakan masih akan bergerak melemah. Pada Rabu (6/1), IHSG ditutup turun 1,17% atau melemah 71,66 poin ke level 6.065,68.
Lanjar Nafi Analis Reliance Sekuritas menjelaskan, secara teknikal IHSG terkoreksi seakan mengkonfirmasi pulled back resistance fractal dan menggapai target wave corrections B. Indikator stochastic berpotensi dead-cross pada area overbought dengan MACD yang tertekan.
Baca Juga: Berikut saham-saham yang diuntungkan di tengah menguatnya kurs rupiah
"Sehingga kami memperkirakan, IHSG berpotensi kembali tertekan dengan support resistance 6.017 - 6.118," jelas Lanjar. Dia mengatakan, rekomendasi saham yang dapat dicermati secara teknikal diantaranya CPIN, ESSA, JPFA, KLBF, RALS.
Pelemahan IHSG terjadi karena saham sektor infrastruktur turun 2,08% dan sektor keuangan yang turun 1,31%. Saham sektor tersebut menjadi pemimpin pelemahan setelah pemerintah memutuskan PSBB baru mulai 11 Januari 2021.
Dimana salah satunya tentang kapasitas kantor yang hanya boleh 25%. Hal tersebut menjadi alasan kuat investor melakukan aksi profit taking. Adanya pembatasan baru ini akan mengancam produktifitas bisnis di Indonesia dan kekhwatiran baru akan peningkatan penyebaran pandemi. Investor asing tercatat net sell sebesar Rp 698,94 miliar.
Mayoritas indeks saham Asia ditutup menguat kecuali indeks Nikkei turun 0,38%. Indeks TOPIX naik 0,28%, HangSeng naik 0,15% dan CSI300 naik 0,92%. Ketegangan antara AS dan China meningkatkan setelah Donald Trump melarang transaksi AS dengan aplikasi pembayaran China.
Baca Juga: Server sempat down, Mirae Asset Sekuritas tetap menjadi broker teraktif hari ini
Bursa Eropa membuka perdagangan dengan menguat memanfaatkan momentum pelemahan dollar AS di tengah spekulasi bahwa Demokrat dapat memenangkan Senat AS. Jika berhasil maka akan mengendalikan pemberian paket bantuan stimulus dan berdampak pemulihan ekonomi yang lebih besar.
Selanjutnya investor domestik akan menanti data cadangan devisa dengan ekspektasi meningkat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News