Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah di pasar spot berhasil bertengger di level Rp 13.895 per dolar Amerika Serikat (AS) pada akhir perdagangan Rabu (6/1). Ini membuat rupiah menguat 0,14% dibanding penutupan hari sebelumnya yang berada di level Rp 13.915 per dolar AS.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas menilai penguatan rupiah ini akan menguntungkan bagi emiten-emiten yang bisnisnya bergantung pada impor. Ia bilang, penguatan rupiah ini akan menekan sejumlah biaya bahan baku emiten tersebut menjadi lebih murah.
Adapun emiten dari sektor farmasi yang menadah untung dari perkasanya rupiah ini seperti PT Pyridam Farma Tbk (PYFA), PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), dan Kimia Farma (Persero) Tbk (KAEF). Kemudian di sektor pakan ternak emiten-emiten yang bisa diuntungkan ada PTJapfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) dan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN).
Baca Juga: Masih diselimuti sentimen PSBB, IHSG diproyeksi melemah pada Kamis (7/1)
“Penguatan rupiah akan menekan biaya bahan bakunya menjadi lebih murah,” kata Sukarno, Rabu (6/1).
Selanjutnya, emiten dari sektor otomotif seperti Astra International Tbk. (ASII), PT Astra Otoparts Tbk (AUTO), dan PT United Tractors Tbk (UNTR) pun turut memperoleh angin segar dari melemahnya dolar AS. Sebab, bahan-bahan atau spare part-nya merupakan barang impor.
Kemudian, sambung Sukarno industri ritel seperti PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES), PT Erajaya Swasembada (ERAA), dan Mitra Adiperkasa Tbk. (MAPI) juga mengalami keuntungan karena harga jual produknya menjadi lebih fleksibel.
“Begitu juga dengan emiten konstruksi juga diuntungkan seperti PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), dan PT Waskita Karya Tbk (WSKT),” tambah Sukarno.
Yang jelas, sambungnya, di tengah penguatan nilai tukar rupiah maka kinerja dari emiten-emiten tersebut akan lebih baik dan margin keuntungannya bisa meningkat.
Baca Juga: Ditutup anjlok 1,17%, IHSG berpotensi menguat terbatas pada Kamis (6/1)
Dengan demikian, ia melihat saham-saham tersebut memiliki prospek yang lebih menarik. Terlebih untuk emiten farmasi yang juga terpapar sentimen positif dengan datangnya vaksin.
Meski begitu, Sukarno menyarankan pelaku pasar untuk tetap berhati-hati karena mayoritas harganya sudah naik signifikan, namun tidak menutup kemungkinan untuk bisa kembali menguat.