Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Sektor semen mencatat angka penjualan 22,9 juta ton per Mei 2015. Angka ini turun 3,8% dibandingkan periode sama tahun lalu 23,8 juta ton.
Analis UOB Kay hian, Marwan Halim dalam riset 11 Juni 2015 menyebutkan, turunnya penjualan semen disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, angka pertumbuhan ekonomi di kuartal I-2015 yang berada di bawah harapan, yakni sebesar 4,7% dibandingkan kuartal I-2014 sebesar 5,2%. Kedua, proyek infrastruktur pemerintah yang belum sepenuhnya dimulai.
Ketiga, program satu juta rumah dari pemerintah masih dalam tahap persiapan selama kuartal pertama tahun ini. "Adanya hujan deras terutama pada bulan Februari 2015 juga menghambat distribusi semen," paparnya.
Meski demikian, total penjualan semen di bulan Mei 2015 sebesar 4,8 juta ton naik 7,2% dibanding bulan sebelumnya 4,5 juta ton. Hal ini didorong oleh mulainya musim kemarau, program 1 juta rumah yang dimulai akhir April 2015, groundbreaking proyek jalan tol trans Sumatera pada bulan April lalu, serta percepatan penyelesaian jalan tol Cikampek - Palimanan pada akhir Mei.
Marwan melihat sektor semen belum sepenuhnya membaik. Sebab, perekonomian masih melambat dan tingkat suku bunga masih tinggi. Perubahan peraturan di sektor properti serta lesunya ekspor komoditas juga turut menghambat permintaan properti dan akhirnya mengurangi konsumsi semen.
Penurunan penjualan terbesar terlihat pada provinsi yang banyak didorong oleh komoditas seperti provinsi Kalimantan Selatan yang turun 41% yoy, Kalimantan Timur 24% yoy, Kalimantan Tengah 13% yoy, dan Lampung 16% yoy. Bahkan Jawa Barat yang merupakan daerah dengan konsumsi semen tertinggi turun 8,3% yoy.
PT Semen Batubraja Tbk (SMBR) menjadi satu-satunya yang menikmati peningkatan penjualan semen hingga bulan kelima tahun ini.
Sementara penjualan PT Indocement Tunggal Prakarsa turun 7,8% yoy. akibat turunnya penjualan di Jawa Barat, Jakarta, dan Kalimantan Selatan. Namun, hal ini diimbangi oleh harga jual rata-rata di kuartal I-2015 yang naik 4,6% yoy, lebih tinggi dari sektor seebsar 3,4% yoy.
Penjualan PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB) juga mengalami penurunan 5,6% yoy karena turunnya konsumsi semen di pasar utama SMCB seperti Jawa Barat, Yogyakarta, dan Jawa Timur.
Sementara itu, PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) mencatat penurunan penjualan terkecil sebesar 4,2% yoy terutama karena dominasi di Sumatera Barat yang mencatat kenaikan 18% yoy, Kalimantan Barata 10% yoy, Sulawesi Tenggara 13% yoy, dan Kepulauan Riau yang juga naik 8,4% yoy. Naiknya penjualan semen di sejumlah daerah tersebut membantu mengimbangi penurunan di daerah lain.
Analis NH Korindo Securities, Reza Priyambada mengaatakan, penjualan semen sangat tergantung pada sektor utamanya, yakni properti dan infrastruktur. Oleh karena itu Reza masih pesimis sektor semen akan bertumbuh mengingat realisasi marketing sales sejumlah emiten properti per April 2015 belum sesuai target. Hal tersebut mengindikasikan permintaan properti juga belum pulih.
Di samping itu, Reza melihat proyek infrastruktur pemerintah belum banyak terealisasi. "Ekspansi pemerintah masih belum jelas, masih seperti awal tahun ini. Smeentara untuk semester II juga belum bisa berharap banyak," ujarnya, Minggu (14/6).
Memasuki bulan Ramadan dan hari raya Idul Fitri, pembangunan biasanya akan melambat. Jika di kuartal III-2015 pemerintah bisa menggenjot ekspansi infrastruktur, Reza berharap permintaan semen akan turut terdorong.
Namun demikian, Reza menilai sektor semen tahun ini masih sulit untuk tumbuh tinggi. Apalagi, memasuki bulan Desember nanti merupakan musim liburan dimana permintaan semen juga bisa kembali melambat.
Menurut Marwan, volume penjualan di bulan Mei telah menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Meski penjualan Mei masih turun, Marwan optimistis volume penjualan hingga akhir tahun bisa tumbuh 5%-7% yoy menjadi 62 - 64 juta ton.
Marwan memperkirakan penjualan mulai pulih di kuartal II-2015 dan akan lebih baik di semester II-2015. Faktor - faktor pendukungnya antara lain proyek 1 juta rumah dari pemerintah, proyek jalan tol Trans Sumatera, Menado-Bitung, dan Medan - Kuala Namu, beberapa proyek smelter, proyek pembangkit listrik, proyek MRT dan jalan kereta api yang sedang berlangsung di Jakarta serta proyek pelabuhan di seluruh Indonesia.
Marwan merekomendasikan overweight pada sektor semen dan memilih INTP sebagai top pick dengan target harga Rp 26.900 per saham.
Reza memperkirakan penjualan semen tahun ini hanya akan tumbuh 2% - 3% yoy. Namun, jika pemerintah mampu mempercepat infrastruktur di semester II, penjualan semen bisa meningkat hingga 7%. Jika pembangunan infrastruktur terus berlanjut di tahun depan, Reza optimistis penjualan semen tahun 2016 bisa tumbuh 10% yoy. Saat ini Reza masih merekomendasikan hold untuk sektor semen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News