Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah perkasa di tahun ini, Indeks dolar Amerika Serikat (AS) berangsur kehilangan tenaga di tahun ini. Indeks dolar malah sempat menyentuh level terendahnya dalam tujuh bulan terakhir, yakni di 102,68 pada Selasa (10/1).
Jumat (13/1), indeks dolar AS berada di level 103,07. Dibandingkan dengan posisi tertingginya di 114,75 dalam tujuh bulan terakhir, indeks dolar AS saat ini tercatat merosot 10,18%.
Hal itu menunjukkan bahwa dolar AS cenderung melemah terhadap mata uang utama alias major currencies. Akibatnya, terdapat celah bagi para investor untuk menaruh investasinya ke mata uang alternatif di tahun 2023 ini. Salah satunya yen Jepang.
Analis Global Kapital Investama Alwi Assegaf mengatakan, mata uang yen Jepang memiliki prospek cukup bagus di tahun 2023. “Yen merupakan mata uang yang mungkin bisa outperform untuk tahun ini,” katanya kepada Kontan.co.id, Jumat (13/1).
Alwi mengatakan, setidaknya ada dua sentimen utama yang mendukung penguatan yen di tahun ini.
Pertama, kata Alwi, Bank of Jepang (BoJ) merupakan bank sentral yang mengambil langkah hawkish paling telat dibandingkan bank-bank sentral lain.
Selain itu, BoJ memberikan sinyal pergeseran kebijakan dengan mengubah target yield curve control. BoJ mengubah target yield curve control dari 0,25% ke 0,5%. Ini merupakan exit-strategy dari BoJ untuk mulai meninggalkan kebijakan negative interest rate.
“Sikap BoJ kemungkinan akan cenderung hawkish dalam pertemuan-pertemuan berikutnya. Ini akan memberi ruang penguatan bagi mata uang Yen,” ujarnya.
Baca Juga: Tekanan Inflasi Mereda, Dolar AS Meluncur Jatuh
Kata Alwi, BoJ sebelumnya juga telah memperlebar yield curve control menjadi 50 basis poin dari sebelumnya 25 basis poin. Hal itu menimbulkan sinyal bahwa tak tertutup kemungkinan BoJ akan kembali memperlebar yield curve control.
“Mantan Wakil Menteri Keuangan Jepang Eisuke Sakakibara sudah mewanti-wanti bahwa dalam pertemuan bulan Januari 2023, BoJ akan memperlebar yield curve control dari 0,25% ke 0,5%. Tak menutup kemungkinan ada perlebaran lagi dari 0,5% ke 0,75%,” katanya.
Artinya, kebijakan yield curve control akan membuat ruang gerak BoJ untuk menyuntikan likuiditas di pasar menjadi sangat fleksibel. Hal itu yang mendorong yen bisa menguat cukup tajam setelah pengumuman yield curve control di Desember 2022.
Kedua, terjadi pelemahan nilai tukar dolar AS terhadap yen pada beberapa waktu terakhir. Jumat (13/1) tercatat kurs yen spot naik 0,45% ke JPY 128,60 per dolar AS.
Hal itu disebabkan penurunan harga-harga komoditas yang membuat beban impor Jepang berkurang, sehingga membantu penguatan mata uang Negeri Matahari Terbit. Yen bisa dipandang sebagai safe haven pada tahun 2023.
“Dengan prediksi bank sentral akan suramnya ekonomi tahun 2023, para investor tentu akan lari ke safe haven,” tutur Alwi.
Sejalan, Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C. Permana mengatakan, yen Jepang akan menjadi salah satu uang yang bounceback sepanjang tahun 2023.
“Jepang membuka ruang volatilitas yield curve control. Ini akan sangat menarik bagi para investor, apalagi Jepang selama ini dikenal memiliki moneter policy yang ultratight,” kata Fikri kepada Kontan.co.id, Jumat (13/1).
Alwi memprediksi sampai akhir 2023, yen Jepang masih akan berada di sekitar JPY 120 - 130 per dolar AS.
“BoJ masih nyaman bersikap dovish dengan kebijakan moneter yang akomodatif. Namun, akhir tahun, BoJ mengejutkan pasar dengan memperlebar yield curve control. Hal itu yang akan membuat yen Jepang stabil sepanjang 2023,” kata Alwi.
Baca Juga: Indeks Dolar Menyentuh Level Terendah Tujuh Bulan Terakhir, Ini Penyebabnya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News