Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Katalis positif Piala Dunia 2022 diprediksi akan berlanjut pada kinerja PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) di tahun 2023.
Analis JP Morgan, Henry Wibowo mengatakan, kinerja SCMA di tahun 2023 diprediksi akan positif. Katalis jangka pendeknya adalah efek dari Piala Dunia 2022.
Sebagai informasi, Piala Dunia Qatar yang berlangsung bulan November-Desember 2022 disiarkan di SCTV dan Indosiar sebagai penyiar TV FTA eksklusif, serta Vidio.com sebagai penyiar digital eksklusif.
“Kami pun memprediksi pendapatan top-line kuartal IV 2022 tumbuh kuat, karena pangsa pasar SCMA naik secara signifikan, baik itu untuk TV dan over the top (OTT),” ujarnya dalam riset JP Morgan tertangga 9 Desember 2022.
Baca Juga: Terdorong Efek Piala Dunia 2022, Kinerja SCMA Diproyeksi Makin Ciamik Tahun Ini
Sementara, kata Henry, setidaknya ada dua katalis jangka menengah dan panjang yang mempengaruhi kinerja SCMA di tahun 2023.
Pertama, pemulihan pertumbuhan iklan di tahun 2023, setelah Fast Moving Consumer Goods (FMCG) mengalami kesulitan di tahun 2022 akibat kenaikan biaya bahan baku.
“Hal itu akan dibantu oleh tahun kampanye Pemilu 2023 yang biasanya akan positif untuk sektor yang digerakkan oleh konsumen dari sirkulasi uang tunai yang lebih tinggi,” ungkapnya.
Kedua, pertumbuhan struktural Vidio. Sebagai platform OTT lokal di Indonesia, Vidio kini memiliki lebih dari 4 juta pelanggan berbayar di bulan November 2022, yaitu sebelum dimulainya Piala Dunia.
Henry memproyeksikan, pendapatan SCMA pada tahun 2022 sebesar Rp 6,5 triliun. Sementara, pendapatan SCMA pada tahun 2023 sebesar Rp 7,4 triliun.
Baca Juga: IHSG Melemah Tipis ke 6.848,3 di Akhir Sesi Pertama, Sektor Teknologi Loyo
Sedangkan, Vidio telah mengumpulkan sekitar US$ 200 juta dalam 12 bulan terakhir. Vidio kini juga telah meningkatkan saluran pemrogramannya untuk serial asli dan konten olahraga.
“Kami memperkirakan laba bersih tahun 2023 akan mencapai Rp 1,12 triliun, naik 8% YoY dari perkiraan untuk tahun 2022 sebesar Rp 1,04 triliun,” tuturnya.
Henry pun merekomendasikan Overweigth untuk SCMA dengan target harga Rp 290 per saham.
“Kami mempertahankan peringkat Overweigth, karena kami yakin valuasi SCMA memberikan imbalan risiko yang menarik pada level saat ini,” paparnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News