Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto
Sebagai informasi, produk tabungan dan giro (current account saving account/CASA) BBTN tumbuh 18,7% secara year on year menjadi Rp143,59 triliun pada akhir September 2022.
CASA berkontribusi 45% terhadap total DPK senilai Rp312,84 triliun. Kenaikan dana murah ini berhasil menekan biaya dana per September 2022 jadi 2,36%, dibandingkan 3,28% pada periode yang sama tahun lalu.
Tirta juga menyoroti inovasi bisnis BBTN dengan membidik segmen milenial. Salah satu inovasi tersebut adalah produk KPR rent-to-own (RTO).
Program KPR RTO dirasa menjadi solusi atas permasalahan yang dihadapi oleh milenial saat ini. Banyak generasi milenial yang berusia 20-40 tahun belum memiliki rumah, karena belum memiliki uang muka.
Namun dengan program RTO, milenial dapat menyewa rumah dan biaya sewanya disertai dengan tabungan untuk uang muka. Ketika uang mukanya sudah mencukupi, maka program sewa ini bisa dikonversi menjadi KPR.
“Sebagai market leader di segmen kredit KPR subsidi dengan pangsa pasar 84%, BBTN mencoba untuk penetrasi ke pasar yang baru dengan strategi yang kreatif. Tidak seperti KPR subsidi yang bunganya sudah ditetapkan, bunga KPR RTO bisa disesuaikan dengan profil risiko masing-masing debitur. Ini peluang untuk meningkatkan loan yield bagi BBTN,” tambah Tirta.
Baca Juga: BTN Roadshow ke Sejumlah Negara, Dapat Respons Positif dari Investor Institusi
Dia juga menyoroti inisiatif BBTN untuk menekan rasio kredit bermasalah (net performing loan/NPL) dan kredit berisiko (loan at risk/LAR). Salah satunya adalah rencana penjualan aset NPL secara massal dengan nilai aset yang akan dilepas Rp 1,07 triliun dan akan menurunkan biaya pencadangan Rp 700 miliar.
Program yang ditargetkan selesai pada akhir tahun ini berpeluang untuk menurunkan NPL sebesar 0,06% dan LAR sebesar 0,18%.
Di luar program ini, BBTN juga berhasil menekan NPL dalam setahun terakhir. Dari 3,94% pada September 2021 menjadi 3,45% pada September 2022. Hal ini berkat program business process improvement dan sentralisasi kredit sehingga penyaluran kredit baru hampir tidak ada yang bermasalah.
Setelah valuasi dan fundamental perusahaan, Tirta juga menyoroti prospek BBTN ke depan. Menurutnya dengan rights issue senilai Rp4,13 triliun maka permodalan BBTN akan semakin kuat.
Setelah rights issue dilakukan, tier-1 capital BBTN bisa mencapai lebih dari 15% dan CAR BBTN bisa mencapai 20,6%. Ini akan membawa BBTN dari sisi permodalan bisa setara dengan bank-bank KBMI IV.
"Dengan modal yang kuat maka pengembangan produk dan layanan akan lebih leluasa. BBTN bisa masuk ke produk-produk margin tinggi (high yield margin) seperti kredit mikro dan Kredit Usaha Rakyat (KUR)," tuturnya.
Ia bilang, suntikan dana segar ini bisa semakin menyehatkan BBTN dari sisi likuiditas. Dengan kenaikan GWM serta suku bunga acuan, maka bank-bank akan cenderung berkompetisi untuk mendapatkan funding dengan cara menaikkan suku bunga deposito.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News