Reporter: Aris Nurjani | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja reksadana pendapatan tetap diproyeksi masih menjanjikan. Imbal hasil obligasi, baik pemerintah dan korporasi yang mulai naik, bisa jadi penggerak.
Berdasarkan data Infovesta Utama per 1 September 2022, kinerja reksadana pendapatan tetap yang tercermin dari Infovesta 90 Fixed Income Fund Index naik 0,50% sejak awal tahun atau secara year to date (YtD). Sementara itu, kinerja reksadana pendapatan tetap naik 0,57% secara bulanan (MoM).
Senior Vice President, Head of Retail, Product Research & Distribution Division Henan Putihrai Asset Management Reza Fahmi Riawan mengatakan, prospek reksadana pendapatan tetap masih cukup menjanjikan. Hal tersebut seiring dengan inflasi di Amerika Serikat (AS) yang diprediksi sudah mencapai puncaknya.
"Ada kemungkinan pertengahan tahun 2023, Th Fed akan mulai menurunkan agresivitasnya dan diharapkan yield obligasi akan kembali turun. Imbal hasil obligasi diharapkan ada dalam kisaran 4,5%-6%," kata Reza kepada Kontan.co.id, Jumat (16/9).
Baca Juga: Jurus Danareksa Investment Dongkrak Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap
Karena itu, manager investasi harus mengelola reksadana pendapatan tetap secara aktif mengikuti strategi demi mendapatkan kinerja maksimal.
Karena itu, pemilihan obligasi sebagai underlying dari reksadana pendapatan tetap harus berdasarkan outlook dan view pasar ke depan. Selain itu, time frame obligasi tersebut juga perlu diperhatikan selain melihat rating juga likuiditas obligasi.
Untuk saat ini, dengan tren kenaikan tingkat suku bunga dan inflasi, obligasi korporasi cenderung menjadi pilihan yang lebih menarik dibandingkan obligasi pemerintah.
"Untuk obligasi korporasi memilih obligasi korporasi tenor menengah (3 tahun-5 tahun) dengan peringkat minimal AA- dengan tetap memperhatikan tingkat likuiditas obligasi korporasi tersebut," kata Reza.
Dia bilang, HPAM akan mulai masuk ke obligasi pemerintah, saat yield obligasi tenor acuan 10 tahun berada di atas 7,5%
Sentimen yang bisa mendukung reksadana pendapatan tetap antara lain kondisi ekonomi Indonesia yang relatif kuat, disertai harga komoditas yang masih bertahan tinggi sehingga Indonesia mengalami surplus neraca pembayaran yang stabil.
Baca Juga: Prospek Reksadana Saham Masih Menarik, Ini Penyebabnya
Sementara untuk sentimen yang dapat menghambat antara lain situasi global yang masih belum stabil, dan konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina yang belum menunjukkan penyelesaian.
Reza menyarankan untuk para investor dapat melakukan investasi di reksadana pendapatan tetap dengan portofolio obligasi korporasi yang memberikan return relatif lebih menarik dan stabil.
Selain itu dapat berinvestasi di reksadana pasar uang sebagai sumber likuiditas. namun bisa memanfaatkan momentum untuk investor bisa melakukan cicil beli pada reksadana saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News