Reporter: Rashif Usman | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek kinerja fundamental emiten milik taipan Prajogo Pangestu PT Petrosea Tbk (PTRO) dinilai menjanjikan dalam jangka menengah hingga panjang.
Head of Research KISI Sekuritas Muhammad Wafi menilai arah bisnis PTRO semakin jelas, terutama setelah akuisisi Hafar Grup (HBS) dan Scan Blit. Akuisisi ini membuat cakupan usaha PTRO meluas ke sektor konstruksi industri, minyak dan gas serta civil engineering.
Wafi menilai strategi ini menjadikan PTRO bertransformasi dari kontraktor tambang biasa jadi perusahaan multi-engineering dan integrated energy services.
Selain itu, sinergi dengan grup Prajogo Pangestu juga memperkuat pipeline proyek karena ekosistemnya yang luas, mulai dari energi, logistik, smelter sampai renewable.
Baca Juga: Strategi Petrosea (PTRO) Jaga Kinerja di Tengah Volatilitas Harga Komoditas
"Jadi kalau bicara outlook, 2025–2026 bisa jadi masa percepatan ekspansi sekaligus normalisasi margin setelah fase investasi besar di 2023–2024," kata Wafi kepada Kontan, Senin (6/10/2025).
Untuk investor, lanjut Wafi, hal utama yang perlu dicermati adalah kecepatan realisasi sinergi dan monetisasi dari akuisisi. Apabila integrasi Hafar & Scan Bilt mulus, margin bisa terdongkrak cukup signifikan. Tapi investor juga perlu menyadari dengan potensi tekanan cash flow jangka pendek karena ekspansi agresif butuh modal kerja besar.
Dari sisi valuasi, saham PTRO memang sudah naik cukup tinggi, tapi kalau melihat proyeksi pertumbuhan pendapatan & EBITDA, valuasinya masih belum overvalued.
Target harga Rp 11.600 dinilai masih realistis, dengan potensi kenaikan tambahan jika smelter dan proyek downstream yang dikaitkan dengan grup Barito rampung tepat waktu.
Diberitakan Kontan sebelumnya, PTRO menargetkan capaian pendapatan yang positif pada 2025 dan 2026.
Direktur Petrosea Ruddy Santoso mengungkapkan pendapatan PTRO diperkirakan meningkat 43% menjadi US$ 991 juta pada 2025. Perolehan tersebut juga diperkirakan naik 41% menjadi US$ 1,4 miliar pada 2026.
Ruddy menerangkan tren pertumbuhan pendapatan ini meningkat signifikan dibandingkan pertumbuhan Compound Annual Growth Rate (CAGR) pendapatan sebesar 8% pada 2019 - 2024.
Sejalan dengan perbaikan pendapatan, EBITDA perusahaan juga diperkirakan meningkat menjadi US$ 306 juta dengan EBITDA marjin sebesar 22% pada 2026. Ini mengalami peningkatan signifikan dari posisi EBITDA marjin sebesar 15% pada 2024.
Ruddy menjelaskan pertumbuhan dari pendapatan dan EBITDA pada 2025 dan 2026 dipengaruhi oleh pertumbuhan organik dari PTRO serta perluasan pangsa pasar baru, sejalan dengan akuisisi HBS dan Grup Hafar.
"Perlu digarisbawahi bahwa performa pendapatan dan EBITDA di 2026 hanya memperhitungkan backlog dari kontrak yang sudah dimenangkan oleh PTRO pada saat ini, sehingga belum memperhitungkan kontrak dan ekspansi lain yang sedang dikembangkan perusahaan," kata Ruddy dalam paparan publik, Senin (6/10/2025).
Ruddy menambahkan melalui penyelesaian akuisisi Hafar dan HBS grup, PTRO diperkirakan akan mencatatkan pendapatan dari luar Indonesia sebesar 2% pada tahun 2025 dan 6% pada 2026.
Selanjutnya, PTRO juga diperkirakan akan mencatatkan pendapatan dari unit bisnis EPCI lepas pantai sebesar 4% dan 6% dari pendapatan PTRO pada 2025 dan 2026.
Sementara kontribusi dari lini bisnis jasa pertambangan diperkirakan akan terus meningkat menjadi 62% pada 2026 sejalan dengan pertumbuhan organik perusahaan.
"Selain pendapatan dari sektor batubara, pendapatan PTRO juga terdiversifikasi ke sektor emas, tembaga, nikel, serta minyak dan gas bumi," tutup Ruddy.
Selanjutnya: Industri Tekstil dan Alas Kaki Pulih, Ekspor Tembus US$ 13,17 Miliar
Menarik Dibaca: 5 Makanan yang Mengurangi Risiko Penurunan Kognitif Setelah Usia 55 Tahun, Apa Saja?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News