kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Prospek obligasi kian menarik pasca penurunan suku bunga The Fed


Rabu, 04 Maret 2020 / 22:45 WIB
Prospek obligasi kian menarik pasca penurunan suku bunga The Fed
ILUSTRASI. Petugas memantau grafik pergerakan penjualan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Dealing Room Divisi Tresuri BNI, Jakarta, Jumat (27/9/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 33,45 poin atau 0,54% ke 6.196,89. ANTARA FOTO/Muhammad Adim


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Keputusan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) untuk memangkas suku bunga acuannya sebanyak 50 basis poin (bps) dinilai bakal menguntungkan bagi prospek harga obligasi ke depan.

Head of Fixed Income Research BNI Sekuritas Ariawane mengatakan, dampak pemangkasan suku bunga akan positif bagi obligasi.

Pasalnya, spread antara suku bunga The Fed dengan Bank Indonesia (BI) semakin melebar menjadi 350 bps. "Hal ini meningkatkan atraktifitas pasar domestik," jelas Ariawan kepada Kontan, Rabu (4/3).

Baca Juga: Kemenkeu terbitkan SUN sebesar Rp 2 triliun lewat private placement

Selain itu, dia menjelaskan pemangkasan suku bunga acuan The Fed bakal memicu penurunan yield untuk US Treasury 10 tahun ke level di bawah 1%. Alhasil, itu juga memperlebar spread yield antara Surat Utang Negara (SUN) dengan US Treasury. Alhasil atraktifitas imbal hasil di pasar obligasi Tanah Air juga akan meningkat.

Dampak lanjutannya, pemangkasan suku bunga The Fed juga berpotensi mendorong masuknya asing ke pasar domestik. Ditambah lagi, yield di pasar surat utang diprediksi bakal turun.

"Dengan potensi penurunan suku bunga The Fed yang masih terbuka, maka tren penurunan yield di pasar Surat utang Indonesia diperkirakan masih bisa berlanjut," tegasnya.

Apalagi, ruang penurunan suku bunga acuan BI atau BI7DRR masih terbuka seiring dengan kondisi inflasi Tanah Air yang terkendali. Untuk itu, disertai dengan peluang penurunan yield maka, Ariawan menilai sekarang jadi waktu yang tepat bagi investor untuk kembali masuk ke pasar.

Adapun pilihan yang bisa dilirik seperti SUN dengan seri benchmark FR0081, FR0082 FR0080 dan FR0083. Seir-seri tersebut dinilai memiliki likuiditas yang tinggi di pasar, sehingga bisa menjadi alternatif pilihan.

Di samping itu, obligasi korporasi pun dinilai Ariawan sama menariknya, mengingat yield obligasi korporasi lebih tinggi daripada SUN. Meskipun begitu, obligasi korporasi tetap saja tidak terlalu likuid SUN, sehingga lebih cocok untuk portofolio investor dengan horizon investasi yang lebih panjang atau hold to maturity.

Baca Juga: Imbal hasil obligasi pemerintah masih atraktif

Ariawan juga mengingatkan bagi investor yang akan melirik obligasi korporasi untuk menyesuaikan obligasinya dengan karakteristik investasinya. Apakah mengharapkan yield yang tinggi atau mengharapkan instrumen yang aman, sehingga bisa memilih obligasi dengan yield tinggi atau obligasi dengan rating yang tinggi.

Ke depan, Ariawan memperkirakan imbal hasil untuk SUN tenor 5 tahun berpotensi turun ke level 5,4%. Sedangkan untuk yield 10 tahun berpotensi turun ke 6,2%. "Mungkin sebelum akhir tahun target ini bisa tercapai kalau bank sentral global lebih agresif dalam memangkas suku bunganya," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×