Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi
Walaupun penggunaan nikel untuk kegiatan industri sempat melemah di tengah krisis energi, permintaan terhadap nikel tetap meningkat seiring industri baterai dan mobil listrik yang sedang berkembang pesat.
Sejalan dengan hal ini, Panin Sekuritas mengestimasikan harga nikel dapat mencapai US$ 18.300 per ton di tahun ini dan US$ 18.800 per ton di tahun 2022.
Ditambah, ANTM juga memiliki prospek usaha nikel yang menjanjikan. Saat ini ANTM sudah mengoperasikan tiga smelter nikel dengan kapasitas 27.000 ton feronikel per tahun. Selebihnya, ANTM sedang pada tahap akhir pembangunan smelter di Halmahera yang akan menambah kapasitas produksi sebesar 13.500 ton dan ditargetkan beroperasi di 2022.
ANTM dinilai memiliki keunggulan kompetitif dengan cadangan (reserve) sebesar 375 juta wet metric ton (wmt) dan sumber daya sebesar 1,4 miliar wmt. Selain itu, ANTM juga diuntungkan dengan statusnya yang merupakan bagian dari Indonesia Battery Corporation (IBC).
IBC saat ini berencana untuk mengakuisisi perusahaan otomotif Jerman untuk membangun industri kendaraan listrik dalam negeri. “Sehingga, kami melihat ANTM berada di posisi strategis sebagai penyedia nikel skala besar untuk pabrik baterai dan mobil listrik,” terang Timothy.
Panin Sekuritas mempertahankan outlook positif untuk ANTM, yang didukung oleh sejumlah faktor. Diantaranya peningkatan harga jual rata-rata atau average selling price (ASP) seiring dengan peningkatan harga base metals dan posisi strategis ANTM di dalam IBC sebagai penyedia nikel di sektor hulu. Dus, Timothy masih merekomendasikan beli saham ANTM dengan target harga Rp 3.300.
Selanjutnya: AKR Corporindo berencana stock split, begini rekomendasi saham AKRA
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News